Page 499 - SKI jld 3 pengantar menteri Revisi Assalam
P. 499
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3
pada tahap akhir studi doktornya di Universitas Chicago, Amerika Serikat, dan
59
baru akan kembali ke Indonesia pada bulan Juli 1984.
Setelah Cak Nur kembali, rumusan perihal forum yang lebih besar dari Majelis
Reboan semakin kokoh dan berbuah pada pendirian Paramadina pada 31 Oktober
1986. Mereka yang terlibat dalam pendirian Paramadina adalah gabungan aktivis
dan cendekiawan Muslim dengan pengusaha, di antaranya adalah: Nurcholis
Madjid (Cak Nur), M. Dawam Rahardjo, Emil Salim, Utomo Dananjaya, Djohan
Effendi, M. Ahmad Rifai, Tawang Alun, Usep Fathuddin, Soegeng Sarjadi, Fahmi
Idris, Abdul Latief, Abdillah Toha, Ahmad Ganis, Ahmad Tirtosudiro, Aniswati
M. Kamaluddin, Darnis Habib, Darmin Palaon Siregar, Mustafa Anis, Moosolly,
Mohmmad Yahya, Machnan R Kamaluddin, Poedji Rahardjo, dan Sugiat Ahmad
Sumadi. 60
Paramadina didirikan untuk mengobati dahaga intelektual kelompok menengah
baru. Momentumnya adalah terjadinya “banjir intelektual” (intellectual
booming) di kalangan menengah santri pada tahun 1980-an yang cenderung
memiliki orientasi program ke luar (outward looking), yang berbeda dengan
sebelumnya, yang masih membenahi urusan rumah tangga sendiri (inward
looking). Paramadina, dalam benak Cak Nur, dihadirkan guna mengantisipasi
kehadiran kalangan tersebut, sehingga nantinya kerja-kerja produktif mereka
mulai terarah dan lebih bersifat problem solving. 61
Selain mengadakan Klub Kajian Agama (KKA), sedari awal Paramadina begitu
62
concern pada penguatan civil society—dalam konteks Paramadina diterjemahkan
sebagai ‘masyarakat madani—baik melalui riset-riset sosial kegamaan, pelatihan,
kursus, seminar dan penerbitan buku. Terkait penerbitan buku, hingga saat ini
sekitar 70 judul buku telah berhasil diluncurkan oleh penerbit Paramadina. Selain mengadakan
Sebagian buku ditulis sendiri oleh Cak Nur, dan sebagian lainnya berupa karya Klub Kajian Agama
disertasi, karya pemikir Muslim Indonesia, hasil riset Paramadina, dan karya (KKA), sedari awal
terjemahan ilmuwan asing. Pada tahun 2006, Budhy Munawar-Rachman, salah Paramadina begitu
concern pada
seorang murid langsung Cak Nur, berhasil merangkum semua gagasan Cak Nur penguatan civil
dalam sebuah seri terbitan “Ensiklopedi Nurcholis Madjid” yang diterbitkan oleh society—dalam
Paramadina bekerjasama dengan penerbit Mizan. konteks Paramadina
diterjemahkan sebagai
‘masyarakat madani—
Bersama LP3ES dan Kompas, Paramadina berhasil membentuk forum dialog untuk baik melalui riset-riset
kalangan muda Ibukota. Saat ini forum dialog tersebut dikenal sebagai Forum sosial kegamaan,
Muda Paramadina (FMP) yang diorganisasikan oleh para aktivis mahasiswa dari pelatihan, kursus,
beragam kampus di Jakarta. Lebih jauh, Paramadina juga mengadakan “Kursus seminar dan penerbitan
buku. Terkait
Tasawuf” sejak tahun 2000. Salah satu cendekiawan Muslim yang begitu penerbitan buku,
aktif menjadi narasumber pada program ini adalah Jalaluddin Rahmat, penulis hingga saat ini sekitar
70 judul buku telah
buku Dakwah Sufistik Kang Jalal. Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, berhasil diluncurkan
63
Paramadina mendirikan Baitulmal yang difungsikan untuk mengumpulkan oleh penerbit
zakat, infaq, dan shadaqah dari para jemaah maupun simpatisan jaringan Paramadina.
Paramadina. Hasilnya digunakan untuk berbagai aktivitas sosial bagi masyarakat
483