Page 501 - SKI jld 3 pengantar menteri Revisi Assalam
P. 501

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3







           gerakan budaya yang, seperti halnya Paramadina dan LSAF, melakukan aksi
                                                                                            Selain LSAF dan
                                                                       65
           pemberdayaan melalui forum-forum diskusi dan penerbitan.  Oleh Greg            Paramadina, gerakan
           Barton, LKIS dipandang sebagai forum bagi kelompok muda NU, khususnya di      budaya dan pemikiran
           wilayah Yogyakarta, yang berupaya mendukung gagasan pemikiran reformis        yang juga perlu dicatat
           dari Abdurrahman Wahid (Gus Dur).                                             keberadaannya adalah
                                             66
                                                                                         Yayasan LKIS (Lembaga
                                                                                            Kajian Islam dan
           Mengedepankan pentingnya keterbukaan dan demokratisasi, yayasan ini            Sosial). Bermula dari
           sempat memberikan karakteristik khusus terhadap kota Yogjakarta di medio       kelompok diskusi dan
                                                                                          gerakan mahasiswa,
           80-an sebagai “kota pergerakan”. Selain melalui seminar dan diskusi publik     LKIS terlahir sebagai
           terkait permasalahan sosial dan politik, LKIS juga sering menyelenggarakan       gerakan budaya
           pertunjukan teater, pagelaran seni, dan tentunya gerakan pemberdayaan, baik    yang, seperti halnya
                                                                                            Paramadina dan
           melalui pendampingan, advokasi dan dalam urusan tertentu juga berdemonstrasi   LSAF, melakukan aksi
           di hadapan penguasa. 67                                                       pemberdayaan melalui
                                                                                          forum-forum diskusi
                                                                                            dan penerbitan.
           LKIS sebagai kelompok studi didirikan pada tahun 1989 oleh mahasiswa dan
           lulusan IAIN Yogyakarta,  sempat mengalami stagnasi dari tahun 1989-1993.
                                  68
           Namun, oleh angkatan 93 berusaha dihidupkan kembali, sampai akhirnya
           berhasil berkembang dari semangat dan gelora idealisme anak muda. Beberapa
           nama pendiri LKIS dapat disebutkan di sini, antara lain, Imam Aziz, Ahmad
           Suaedy, Jadul Maula, Farid Wajdi, Hairus Salim HS, Ellyasa KH Darwis, Suhadi,
           dan Ahmad Fikri. Sebagai salah satu tuntutan profesional, tahun 1997 LKIS
           mentransformasikan dirinya ke dalam bentuk yayasan.
                                                              69
           Perubahan kondisi yang begitu cepat memaksa LKIS berbenah diri dalam          Visi dan misi berdirinya
           penajaman dan peningkatan aktivitas untuk memikul dan menjawab tantangan        LKIS, sebagaimana
           yang semakin kompleks Berangkat dari semangat tersebut, maka terbentuklah      tertulis dalam website
                                                                                            resminya, yakni
           visi dan misi berdirinya LKIS, sebagaimana tertulis dalam website resminya,    mewujudkan tatanan
           yakni mewujudkan tatanan Islam transformatif yang berpihak pada keadilan        Islam transformatif
           dan kemajemukan, serta berbasis keindonesiaan. Adapun misi berdirinya LKIS        yang berpihak
           adalah menyebarluaskan gagasan Islam yang transformatif, toleran, dan bersifat   pada keadilan dan
                                                                                          kemajemukan, serta
           keindonesiaan; mengembangkan pembelajaran Islam yang lebih menghargai         berbasis keindonesiaan.
           kemajemukan dan kritis terhadap ketidakadilan; dan memperkuat dan                  Adapun misi
           meningkatkan kapasitas sumber daya, kelembagaan, dan jaringan. 70              berdirinya LKIS adalah
                                                                                           menyebarluaskan
                                                                                             gagasan Islam
           Guna menerjemahkan visi misi tersebut, LKIS menerbitkan bulletin Al-Ikhtilaf    yang transformatif,
           sebagai  media  interaksi  tentang  kemajemukan  yang  ide  dasarnya  berangkat   toleran, dan bersifat
                                                                                             keindonesiaan;
           dari nilai-nilai tradisi agama dan budaya masyarakat. Buletin ini tidak melulu   mengembangkan
           merupakan karya tulis anak-anak LKIS. Sebagai media silaturahmi,  Al-Ikhtilaf   pembelajaran Islam
           menjadi media semua orang dalam mengkampanyekan perbedaan pendapat.           yang lebih menghargai
           Ini terlihat dari undangan redaksi kepada siapapun untuk turut serta mengisi   kemajemukan dan kritis
                                                                                         terhadap ketidakadilan;
           rubrik ini. Banyaknya penulis, dengan berbeda latar belakang, menunjukkan        dan memperkuat
                                                                                   71
           antusiasme mereka terhadap sikap keberagamaan yang inklusif cukup besar.        dan meningkatkan
           Di samping mengeluarkan bulletin  al-Ikhtilaf, LKIS juga melakukan berbagai   kapasitas sumber daya,
                                                                                           kelembagaan, dan
           penelitian, kajian reguler, pendampingan masyarakat, dan menerbitkan buku-          jaringan.
           buku keagamaan.  72




                                                                                                 485
   496   497   498   499   500   501   502   503   504   505   506