Page 505 - SKI jld 3 pengantar menteri Revisi Assalam
P. 505
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3
LSM dan Pertumbuhan Gerakan Filantropi
Memasuki pertengahan tahun 1990-an, arah gerakan pemberdayaan makin
berkembang, salah satunya terfokus pada agenda filantropi (philanthrophy)
terhadap masyarakat. Selain advokasi sosial secara umum, secata teknis gerakan
pemberdayaan dalam kerangka filantropi tergambar melalui pemberian bantuan
kepada masyarakat miskin, rumah sakit gratis, beasiswa bagi mereka yang
kurang mampu, serta beberapa program lain.
80
Terpaan krisis ekonomi yang dialami Indonesia di sekitar tahun 1997 tidak
berdampak pada kondisi filantropi di negara berpenduduk mayoritas muslim ini.
Alih-alih menurun, aksi filantropi masyarakat justru terus meningkat. Milyaran
dana kemanusiaan dan kepedulian berhasil dikumpulkan media elektronik
dan cetak, atau oleh lembaga-lembaga yang memang bergerak dalam dunia
filantropi. Di kalangan kaum Muslimin khususnya, peningkatan filantropi dapat
dilihat dari pertumbuhan dana yang secara fenomenal berhasil dikumpulkan
lembaga-lembaga filantropi. Mereka hadir tidak sekadar melengkapi lembaga
pengelola zakat (LPZ) yang telah ada sebelumnya, semisal Badan Amil Zakat dan
Infak/Sedekah (BAZIS) dan Lembaga Amil Zakat dan Infak/Sedekah (LAZIS), tetapi
juga menawarkan berbagai terobosan baru dalam manajemen pengumpulan
dan distribusi dana yang berhasil mereka kumpulkan dari masyarakat.
81
Kecenderungan
Jika dipetakan, setidaknya ada beberapa kecenderungan orientasi gerakan orientasi gerakan
filantropi oleh kelompok LSM: pertama, mereka yang berafiliasi dengan Ormas filantropi oleh
kelompok LSM:
Islam mainstrem, seperti LAZISNU (Nahdlatul Ulama), LAZISMU (Muhammadiyah). pertama, mereka
Ada juga mereka yang bergerak independen, seperti Dhompet Dhuafa dan yang berafiliasi
Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI). Selain dua kelompok tersebut, ada pula dengan Ormas Islam
mainstrem, seperti
lembaga filantropi yang lebih bersifat semi-politis, seperti Pos Keadilan Peduli LAZISNU (Nahdlatul
Umat (PKPU), yang notabene berafiliasi dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Ulama), LAZISMU
(Muhammadiyah).
Beberapa dari lembaga filantropi tersebut dalam perkembangannya bergabung Ada juga mereka yang
bergerak independen,
dalam Forum Zakat (FOZ), sebuah asosiasi lembaga pengelola Zakat yang seperti Dhompet
berfungsi sebagai wadah berhimpunnya Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Dhuafa dan Bulan
Amil Zakat (LAZ) di seluruh Indonesia. Berposisi sebagai lembaga konsultatif, Sabit Merah Indonesia
(BSMI). Selain dua
koordinatif, dan informatif tentang zakat, FOZ didirikan pada 19 September kelompok tersebut, ada
1997 oleh 11 lembaga yang terdiri Dompet Dhuafa Republika, Bazis DKI Jakarta, pula lembaga filantropi
yang lebih bersifat
Baitul Mal Pupuk Kujang, Baitul Mal PT. Pupuk Kaltim, Baitul Mal Pertamina, semi-politis, seperti
Telkom Jakarta, Bapekis Bank Bumi Daya, Lembaga Keuangan Syariah Bank Pos Keadilan Peduli
Muamalat Indonesia, PT. Internusa Hasta Buana dan Sekolah Tinggi Ilmu Umat (PKPU), yang
notabene berafiliasi
Ekonomi Indonesia (STIE) Jakarta. Pada awal berdirinya, Forum Zakat berbentuk dengan Partai Keadilan
yayasan, namun sejak Musyawarah Kerja Nasional I (Mukernas I) tanggal 7-9 Sejahtera (PKS).
Januari 1999 status yayasan tersebut dirubah menjadi asosiasi dengan Ketua
489