Page 510 - SKI jld 3 pengantar menteri Revisi Assalam
P. 510
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3
Dari kalangan Nahdlatul Ulama, muncul Lembaga Amil Zakat Infaq dan
Lembaga Zakat
Infaq dan Shadaqah Shadaqoh Nahdlatul Ulama (LAZISNU). Seperti halnya LAZISMU, LAZISNU juga
Muhammadiyah menjadi lembaga Amil Zakat Nasional yang melancarkan agenda pemberdayaan
(LAZISMU) kiranya masyarakat melalui pendayagunaan secara produktif dana zakat, infaq, wakaf
penting pula dicatat dan dana kedermawanan lainnya baik dari perseorangan, lembaga, perusahaan
sebagai LSM yang
lahir dari rahim ormas dan instansi lainnya. Lembaga ini didirikan pada saat Muktamar NU ke 31 tahun
Islam Muhammadiyah. 2004 di Solo. Prof. H. Fathurrahman Rauf dipercaya sebagai ketua pertama
Didirikan oleh PP LAZISNU. Sementara pada Muktamar NU ke 32 tahun 2010 di Makassar,
Muhammadiyah pada
tahun 2002. Dari LAZISMU berada dibawah pimpinan Drs. KH. Masyhuri Malik.
kalangan Nahdlatul
Ulama, muncul Walaupun masih tergolong muda, LAZISNU telah berhasil memainkan perannya
Lembaga Amil Zakat
Infaq dan Shadaqoh dengan sangat baik, khususnya dalam menghimpun dana filantropi dari
Nahdlatul Ulama masyarakat. Pada akhir September 2011, bertepatan pada Ramadhan 1432 H,
(LAZISNU) didirikan total dana yang berhasil dikumpulkan dari masyarakat sebesar Rp 4,5 miliar.
pada saat Muktamar
91
NU ke 31 tahun 2004 di Sedangkan pada Desember 2011, jumlahnya meningkat menjadi Rp 5,4 miliar.
Solo. Hingga kini LAZISNU terus berupaya mengembangkan kapasitas kelembagaan
melalui beberapa program unggulan, seperti: NuCare, NuPreneur, NuSkill, dan
NuSmart.
Gerakan Pemberdayaan Masyarakat: Potret Kontemporer
Sejak kemunculannya pada awal tahun 1970-an, LSM di Indonesia sudah
berupaya maksimal melancarkan beragam program dan kegiatan yang utamanya
diarahkan pada agenda pemberdayaan masyarakat. Pada kisaran tahun 1970-
an hingga awal tahun 1990-an, LSM tampak berhasil memainkan perannya. Di
tengah kuatnya pengaruh pemerintah Orde Baru, LSM terbukti mampu tampil
sebagai kelompok penekan dominasi negara dengan tidak meninggalkan
masyarakat sebagai starting point gerakan. Namun, memasuki akhir tahun
1990-an, peta gerakan LSM berubah. LSM saat itu mulai limbung, digerogoti
oleh faktor internal (konflik antar pengurus LSM) serta dihamtam oleh faktor
eksternal (krisis ekonomi dan munculnya konflik sosial). Jadilah saat itu LSM
kehilangan orientasi gerakan. Semua capaian yang berhasil ditorehkan LSM
di masa-masa awal kemunculan, seperti hilang ditelan bumi seiring semakin
kerasnya hantaman persoalan yang mereka hadapi. Dan kondisi tersebut besar
kemungkinan masih terjadi hingga saat ini.
494