Page 502 - SKI jld 3 pengantar menteri Revisi Assalam
P. 502

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3







                                    LSM untuk Pemberdayaan Perempuan





                                    Memasuki tahun 1990-an, terlihat adanya sebuah pergeseran isu dan orientasi
                                    gerakan pemberdayaan masyarakat, salah satunya upaya memperkuat posisi
                                    kelompok perempuan. Sejak tahun-tahun tersebut, gerakan pemberdayaan
                                    kaum perempuan Indonesia kian marak. Jika pada periode sebelumnya, gerakan
                                    perempuan masih berada dalam koridor emansipasi, pada dekade 1990-an
                                    gerakan perempuan mulai berada dalam kerangka ideologi feminisme yang
                                    menekankan  kesetaraan  gender. Begitu  pula  orientasi  gerakan tidak hanya
                                    diarahkan untuk menciptakan kemajuan bagi kaum perempuan, tapi sudah
                                    menyentuh upaya perubahan-perubahan sosial politik dan budaya secara
                                    mendasar.


                                    Dengan dasar tersebut, pada pertengahan tahun 1990-an kelompok perempuan
                                    melalui beberapa LSM yang berbasis massa Muslim mulai menyentuh isu-isu
                                    gender, semisal ‘reproduksi perempuan’. Terkait isu ini, muncul kecenderungan
                                    di kalangan kelompok perempuan, khususnya aktivis berlatar belakang Muslim
                                    tradisionalis, untuk mengritisi tafsir-tafsir dan buku-buku fikih yang menempatkan
                                                                                                            73
                                    alat dan fungsi reproduksi perempuan sebagai “ladang eksploitasi” laki-laki.
                                    Stimulasi awal paling positif yang menggerakkan sosialisasi wacana hak-
                                    hak reproduksi perempuan dalam kacamata Islam adalah program  Training
                                    Course for the Advancement of Reproductive Rights of Women  bertajuk
                                    Fiqh al-Nisa. Rujukan dari program ini adalah sosialisasi hasil ICPD Kairo yang
                                    mengkerangkakan isu kesehatan reproduksi sebagai tidak semata-mata
              Pertengahan tahun
              1990-an kelompok      masalah medis, tetapi juga masalah politik dan kebudayaan. Pelatihan tersebut
              perempuan melalui     diselenggarakan Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M)
              beberapa LSM yang     Jakarta di 6 daerah wilayah Jawa dan Madura selama satu setengah tahun (1995-
            berbasis massa Muslim
               mulai menyentuh      1996). Pesertanya sengaja dipilih dari kalangan ustadzah dan nyai sebagai salah
                isu-isu gender,     satu pilar dari lima elemen pesantren, di luar masjid, pondok, santri dan kitab
              semisal ‘reproduksi   kuning. Beberapa pesantren terkemuka yang terlibat saat itu adalah Pesantren
             perempuan’.Pelatihan
               diselenggarakan      Mathali’ul Falah, Pati, Jawa Tengah, dan Pesantren Nurul Islam, Jember, Jawa
              oleh Perhimpunan      Timur.  74
                Pengembangan
                Pesantren dan
              Masyarakat (P3M)      Perihal keterlibatan P3M di atas, sejarah mencatat bahwa LSM ini sedari awal
              Jakarta di 6 daerah   kemunculannya begitu gencar mendukung pergerakan kelompok perempuan
              wilayah Jawa dan      dan  memberikan  ruang  bagi  mereka  untuk  muncul  dalam  ruang publik  di
              Madura selama satu
             setengah tahun (1995-  masa-masa tersebut. Meski tidak eksplisit memfokuskan program lembaga
                    1996).          pada perempuan, P3M dikenal sebagai motor penggerak awal pemberdayaan
                                    perempuan, khususnya di kalangan pesantren. Maka, di samping community









                    486
   497   498   499   500   501   502   503   504   505   506   507