Page 503 - SKI jld 3 pengantar menteri Revisi Assalam
P. 503
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3
development di kalangan komunitas pesantren, sejak akhir tahun 1980-an P3M
menyelenggarakan agenda pemberdayaan perempuan, utamanya di lingkungan P3M dikenal sebagai
motor penggerak
pesantren, guna menumbuh-kembangkan kreativitas baik keilmuan maupun awal pemberdayaan
keterampilan. perempuan,
75
khususnya di kalangan
pesantren. Maka, di
Pemberdayaan perempuan yang disoroti P3M lebih menekankan jalan tengah. samping community
Di satu sisi perempuan sebagaimana dalam Islam adalah pendamping kaum laki- development di
kalangan komunitas
laki dalam membina rumah tangga, tapi di sisi lain perempuan juga harus diberi pesantren, sejak akhir
hak untuk mengembangkan kreativitasnya. Pemberdayaan itu dimaksudkan tahun 1980-an P3M
untuk membuka wawasan dan pengalaman perempuan karena pada dasarnya menyelenggarakan
kaum perempuan dan laki-laki memiliki potensi, hak dan kewajiban yang sama. agenda pemberdayaan
perempuan, utamanya
Apa yang dilakukan P3M pada akhirnya menginspirasi beberapa kelompok di lingkungan
masyarakat untuk juga melakukan program pemberdayaan kelompok pesantren, guna
perempuan dengan fokus, titik tekan dan area program yang berbeda. 76 menumbuh-
kembangkan kreativitas
baik keilmuan maupun
Dalam hal ini, Yayasan Rahima Jakarta (Rahima) penting dijelaskan. Lembaga keterampilan.
77
ini dikenal sebagai kelanjutan biologis dan programatis dari divisi fiqh al-nisa
P3M. Meneruskan beberapa rogram yang telah dirintis P3M, Rahima yang
berdiri pada 5 Agustus 2000 dan disahkan keberadaannya oleh Notaris pada
tanggal 11 September 2000 di Jakarta, sejauh ini aktif melakukan sosialisasi
wacana perempuan yang berperspektif gender melalui pelatihan, seminar dan
penerbitan buku.
Sebagai Pusat Pendidikan dan Informasi tentang Islam dan Hak-hak Perempuan,
Rahima memulai aktivitasnya pada bulan Februari 2001 dengan fokus awal
pendidikan kritis dan penyebaran informasi tentang hak-hak perempuan di
lingkungan pesantren. Namun, karena tuntutan kebutuhan masyarakat, Rahima
memperluas jangkauannya pada berbagai kelompok di luar pesantren, seperti
pada madrasah, para guru di lingkup sekolah agama maupun guru agama
Islam di sekolah negeri, majlis ta’lim, organisasi perempuan Muslim, organisasi
kemahasiwaan, dan berbagai LSM.
Keanggotaan Perhimpunan Rahima bersifat terbuka namun terbatas. Untuk
periode 2011-2015, keanggotaan Rahima terdiri dari 33 orang yang mewakili
perwakilan mitra Rahima (peserta program pendidikan Rahima) dari berbagai
daerah, ulama, tokoh pesantren, akademisi, maupun aktivis gerakan masyarakat
sipil yang menjadi simpul-simpul gerakan Rahima, di antaranya adalah Farha
Ciciek M.Si., Dra. Hj. Maria Ulfah Anshor, M.Hum., Badriyah Fayumi, Lc., Syafiq
Hasyim, MA., dan beberapa nama lain yang tidak perlu disebutkan di sini semua.
Bertepatan dengan rangkaian perayaan Ulang Tahunnya yang ke-10, dalam
momentum Seminar “Masa Depan Kepimipinan Ulama Perempuan” pada
tanggal 23 November 2010, Rahima secara resmi mengumumkan perubahan
487