Page 124 - REMPAH, JALUR REMPAH, DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA
P. 124
114 REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA
sebanyak enam kapal yang mengangkut 460 orang. Di antara anak buahnya
itu, banyak di antaranya yang jatuh sakit ketika meninggalkan pelabuhan
Soko, kemudian menyusuri pantai selatan Arab dan pegunungan Ras el Hadd,
mulai memasuki pantai Oman yang saat itu termasuk wilayah kekuasaan
Sultan Hormuz. Pelabuhan pertama yang disinggahinya adalah Kalhat. Di sini
menjadi tempat berkumpul armada yang dimiliki Sultan untuk melindungi
para pedagang terhadap para perompak di Samudera Hindia. Ada banyak
kapal dagang di situ, sehingga panglima tempat ini bersikap sangat patuh dan
memasok mereka dengan makanan. Selanjutnya baru diketahui dan terbukti
bahwa periuk yang dikirim ke sana kebanyakan berisi kotoran. Sikap kurang
bersahabat ini disambut di Kuriat. Sementara d’Albuquerque mengukur letak
lokasi itu yang berbatasan dengan laut lepas, dia melihat bahwa orang-orang
Arab menyiapkan senjata dan dia memandang perlu dengan menenangkan
sikap Sultan Hormuz dengan gencatan senjata. Ia memutuskan untuk tidak
melewatkan kesempatan ini. Keesokan harinya benteng itu diserang dan
direbut. Salah seorang saksi mengisahkan apa yang dilihatnya, sebuah masjid
di kota Arab itu terbakar, walaupun tidak kelihatan adanya pertempuran di
bangunan indah itu.
Selanjutnya mereka menyusuri pantai menuju Maskat. Letak kota yang
terpenting di pantai itu tampak sangat indah, terletak di lereng gunung,
meskipun diketahui oleh orang Portugis, tidak menarik bagi mereka.
Gubernurnya disodori dengan persyaratan: tunduk dan patuh kepada Portugal,
tetapi ketika perundingan berlangsung segerombolan orang Arab muncul dari
pedalaman, memperkuat benteng mereka dan mengancam gubernur. Mereka
mencegah orang-orang Portugis mendarat dari kapalnya untuk mengangkut
perbekalan, dan meunjukkan sikap permusuhan sehingga d’Albuquerque
memutuskan untuk mendarat. Orang-orang Arab ini bertahan dengan cukup
berani, akan tetapi akhirnya orang Arab harus mengosongkan kota itu yang
kemudian dijarah dan dibakar menurut kebiasaan. 127
Bagi Sohar, kota dagang lain di pantai itu, situasi lebih damai berdasarkan
127 John Villiers,. “The Portuguese and the Trading World of Asia in the Sixteen Century”, dalam Peter Milward
(Ed.) Portuguese voyages, hlm. 323