Page 84 - PROSIDING KONFERENSI NASIONAL SEJARAH X Budaya Bahari Dan Dinamika Kehidupan Bangsa Dalam Persepektif Sejarah Jakarta, 7 – 10 November 2016 Jilid VII
P. 84

10







                           wilayah  perairan,  dan  dasar  laut  di  dalamnya  sebagai  suatu  kesatuan  historis,
                           geografis,  ekonomis,  dan  politis.  Dengan  konsep  ini  maka  wilayah  perairan
                           Indonesia  yang  tadinya  merupakan  wilayah  laut  lepas,  kini  menjadi  bagian

                           integral dari wilayah Indonesia yang berada di bawah kedaulatan NKRI. Namun
                           Presiden  Soekarno  belum  mempunyai  kesempatan  banyak  untuk  merubah

                           paradigma  land  based  oriented  menjadi  maritime  based  oriented,  disebabkan
                           factor politik, dan stabilitas keamanan. Dalam kurun waktu 1960-1966, Presiden

                           Soekarno  sudah  mempunyai  pandangan  mengenai  Geopolitik  Indonesia,  namun
                           belum  sempat  terlaksana  dengan  baik  karena  keburu  terjadi  pergantian

                           pemerintahan ke Orde baru.
                                  Pemerintah  Orde  Baru di  bawah  Soeharto,  bukannya  visi  kelautan  yang
                           dikembangkannya,  tetapi  visi  ke land based oriented  (pembangunan  agraris)  di

                           darat.  Meskipun  ada  upaya  untuk  membawa  visi  pembangunan  kelautan  pada
                           tahun 1982, ketika Menteri  Luar Negeri di jabat oleh Mochtar Kusumaatmadja.

                           Pada waktu itulah 119 negara termasuk Indonesia menandatangani Konvensi PBB
                           tentang Hukum Laut 1982 atau United nation Convention on the Law of the Sea
                           (UNCLOS).  Dalam konvensi ini ada 9 pasal mengenai perihal ketentuan tentang

                           prinsip  “Negara  Kepulauan”  (archipelago  state).  Salah  satu  pasalnya  ialah
                           menyatakan bahwa laut bukan sebagai alat pemisah, melainkan sebagai alat yang

                           menyatukan  pulau-pulau  yang  satu  dengan  yang  lainnya,  yang  kemudian
                                                                                                     11
                           diimplementasikan  oleh  Indonesia  dengan  konsep  “Wawasan  Nusantara”.
                           Tetapi,  mengingat  Soeharto  dengan  latar  seorang  anak  Petani  dan  perwira
                           Angkatan Darat, tentu lebih berorientasi kepada paradigma continental, sehingga

                           hampir semua kebijakan pembagunannya jauh dari aspek maritime.
                                  Selanjutnya,  setelah  Soeharto  lengser,  dan  digantikan  oleh  Presiden  B.J.
                           Habibie, muncul suasana baru, sehingga paradigma nasional yang mendukung visi

                           kemaritiman lahir kembali dengan adanya “Deklarasi Bunaken” yang dicetuskan
                           tanggal 26 September 1998. Deklarasi ini pada dasarnya menyatakan secara tegas,


                           11
                              Lihat Rochmin Dahuri, Potensi Kelautan Indonesia, in http://ugm.ac.id/id/berita/9256-
                           potensi.kelautan.indonesia.12.triliun.belum.digarap.maksimal; Nono Sampono, Optimalisasi
                           Implementasi Kurikulum Kebaharian Dalam Sistem pendidikan Nasional, Paper presented di
                           Sekolah Yayasan Hangtuah, Jakarta, Rabu 19 Agustus 2015,  h. 7.
   79   80   81   82   83   84   85   86   87   88   89