Page 86 - PROSIDING KONFERENSI NASIONAL SEJARAH X Budaya Bahari Dan Dinamika Kehidupan Bangsa Dalam Persepektif Sejarah Jakarta, 7 – 10 November 2016 Jilid VII
P. 86
12
4. Mengelola kawasan pesisir, laut, dan pulau kecil, dan
5. Mengembangkan hukum nasional di bidang maritime.
Dengan digagasnya Seruan Sunda Kelapa, diharapkan dapat
membangkitkan kesadaran sejarah untuk mengembalikan visi bangsa Indonesia
ke pada dunia maritime. Seruan Sunda Kelapa adalah paradigma nasional untuk
membangkitkan semangat dan visi maritime nasional untuk memberi kontribusi
nyata bagi pertumbuhan ekonomi nasional, membangkitkan kekuatan aramada
niaga nasional, mempercepat tercapainya cita-cita masa depan bangsa, serta
memperkuat simpul ke-Indonesiaan.
Bukan hanya itu, di masa Presiden SBY, Dewan Maritim Indonesia (DMI)
diganti menjadi Dewan Kelautan Indonesia (DEKIN) melalui Kepres No.21 tahun
2007 dan menyelenggarakan Konferensi Kelautan Dunia “World Ocean
Conference (WOC) di Manado pada tanggal 11-15 Mei 2009. Ini adalah inisiatif
Indonesia dalam forum internasional untuk mengambil keputusan
mengembangkan kolaborasi internasional untuk komitmen bersama dalam
menghadapi isu kelautan dunia dan perubahan iklim global. Dengan demikian,
WOC 2009 dapat dikatakan sebagai komitmen bangsa Indonesia dalam usaha
mengembangkan, mengelola, dan melestarikan sumber daya laut nasional dan
internasional secara berkelanjutan.
Walaupun pemerintah Indonesia telah begitu banyak membuat kebijakan
dan doktrin untuk mengembalikan kejayaan maritime seperti di masa lampau
sebelum datangnya bangsa Barat, mulai dari Orde lama, Orde Baru hingga Orde
Reformasi, namun hingga kini masih tetap bersifat normative dan belum
terealisasi sebagaimana yang diharapkan, baik dalam bidang ekonomi, social dan
budaya, maupun pertahanannya. Kehilangan orientasi terhadap visi maritime tentu
menjadi salah satu penyebab utama, mengapa paradigma pembangunan nasional
belum berbasis kemaritiman. Ada empat factor yang selama ini bangsa Indonesia
kehilangan momentum visi kemaritimannya, yaitu : (1) Kehilangan orientasi akan
geografis Indonesia sebagai Negara kepulauan terbesar dunia, (2) Kehilangan
orientasi wawasan nasional atau Wawasan Nusantara terhadap nilai-nilai