Page 150 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 150
R. M. T. A. Soerjo 137
Gubernur Soerjo agar secepatnya berangkat ke Surabaya untuk
menduduki jabatannya.
Namun, Soerjo kembali beralasan bahwa pemerintah pusat di
Jakarta belum memberinya surat keputusan resmi pengangkatan
dirinya sebagai gubernur. Selain itu, ia masih ragu apakah
kedatangannya di Surabaya akan diterima baik masyarakat setempat.
Sebagai kompromi, KNI mengusulkan agar Soerjo melakukan
peninjauan terlebih dulu ke Surabaya dan melihat situasi mutakhir di
ibu kota Jawa Timur kala itu. Soerjo menyetujui usulan itu. Disertai
pasukan Badan Keamanan Rakjat dan wakil KNI (Abdul Soekiman
dan Soekarno) Soerjo berangkat ke Surabaya. Ternyata apa yang
dikhawatirkan Soerjo tidak terjadi sama sekali. Masyarakat di
Surabaya antusias menyambutnya dan meminta secepatnya ia
berkiprah sebagai gubernur.
18
Maka, pada 11 Oktober 1945 diadakan rapat perpisahan di
Bojonegoro. Masyarakat Bojonegoro melepas residen mereka yang
akan mengemban amanah yang lebih tinggi memimpin seluruh Jawa
Timur dalam pemerintahan Republik Indonesia merdeka. Keesokan
harinya, Soerjo diantarkan oleh wakil-wakil KNI hingga tapal batas
Surabaya. Di sini ia kemudian “diserahkan” kepada Wakil Residen
Surabaya.
Gubernur Soerjo langsung menempati kantornya. Langkah
pertamanya adalah menyusun staf pegawai. Soerjo mengangkat Doel
Arnowo (Ketua KNID Surabaya) sebagai Pembantu Gubernur;
beberapa tokoh terkemuka, antara lain Roeslan Abdulgani, Mr.
Dwidjosewojo, Bambang Suparto, dan Subianto, menjadi bagian dari
tulang punggung pemerintahannya. Tak lupa, Gubernur mengangkat
Wawardi (sahabat lamanya, bekas aktivis Parindra) sebagai Kepala
Pertanian Keresidenan Surabaya sekaligus pejabat yang mengurusi
soal persediaan makanan rakyat—serupa Badan Urusan Logistik
sekarang.
Ketika Gubernur Soerjo tiba di Surabaya, situasi kota tersebut
sedang panas-panasnya menyusul perlucutan terhadap tentara
Jepang yang sering kali diikuti aksi kekerasan. Suasana anti-Belanda