Page 151 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 151

138      Gubernur Pertama di Indonesia



            masih  sangat  terasa  seperti  terlihat  dalam  insiden  perobekan
            bendera  Belanda  yang  tengah  berkibar  di  Hotel  Yamato  pada  19
            September  1945.  Situasi  itu  mendorong  Soerjo  bergerak  cepat
            mengatasi keadaan.
                    Di  tengah  kesibukan  Gubernur  Soerjo  dan  jajarannya
            membenahi  kondisi  Surabaya,  tiba-tiba  muncul  berita  bahwa
            pasukan Inggris sebagai bagian dari Sekutu akan masuk ke kota itu.
            Tujuannya, mengurus tawanan perang dan kaum interniran (orang-
            orang  Eropa  bekas  tahanan  Jepang),  dan  menjaga  ketertiban  serta
            kemananan setelah perang. Namun isu yang bergulir pada waktu itu,
            kedatangan pasukan Inggris diikuti oleh  orang-orang Belanda  yang
            berniat bercokol kembali di Indonesia. Situasi menjadi panas seperti
            terlihat dalam insiden bendera di Hotel Yamato tersebut. Pemerintah
            Jawa  Timur  memperingatkan  militer  Inggris  dan  orang-orang
            Belanda beserta simpatisannya agar tidak mencampuri urusan dalam
            negeri Indonesia. Gubernur Soerjo malah mengusulkan kepada pihak
            Inggris  di  Jakarta  agar  membatalkan  kedatangannya  ke  Surabaya
            karena kehadiran mereka tidak diperlukan. Pemerintah Jawa Timur
            menyatakan akan menyelesaikan urusan bekas tahanan perang dan
            tentara Jepang secepatnya.
                                      19
                    Sementara  itu,  pemerintah  pusat  di  Jakarta  yang  tengah
            membangun  posisi  tawar  dengan  Inggris  menyarankan  kepada
            Pemerintah Jawa Timur untuk menyambut baik kedatangan tentara
            Inggris.  Bahkan  Menteri  Penerangan  Amir  Sjarifoeddin,  atas  nama
            Pemerintah  RI,  memberikan  instruksi  untuk  tidak  menghalang-
            halangi  kedatangan  tentara  Inggris.   Menurut  Des  Alwi,  seorang
                                                20
            saksi sejarah, instruksi untuk “tidak menghalang-halangi pendaratan
            pasukan Inggris” dapat dipahami para pejuang setempat, khususnya
            dilihat  dari  sudut  perjuangan  diplomatik  (dalam  Pertempuran
            Surabaya  November  1945).  Namun,  situasi  aktual  di  Surabaya  dan
            kebijakan diplomatik Pemerintah RI menempatkan Gubernur Soerjo
            dalam  posisi  yang  dilematis  —antara  bersikap  tegas  menghadapi
            “musuh baru” dan taat pada pemerintah pusat.
   146   147   148   149   150   151   152   153   154   155   156