Page 236 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 236

222       Gubernur Pertama di Indonesia



            Mohammad Hatta membacakan teks Proklamasi. Upacara sederhana
            tanpa protokoler itu dibuka dengan pembacaan Pembukaan UUD
            1945,  lalu  Sukarno  menyampaikan pidato pendek sebelum
            membacakan  naskah Proklamasi yang ia tulis sendiri. Setelah itu
            Latief Hendraningrat, perwira Peta, mengerek bendera Merah Putih,
            yang dijahit Fatmawati Sukarno, dan hadirin menyanyikan Indonesia
            Raya.
                   Sesuai dengan janjinya, pemerintah Jepang tidak melakukan
            tindakan represif apa pun untuk mencegah kemerdekaan Indonesia
            walaupun secara resmi mereka menyatakan larangan. Sidang PPKI
            yang sudah lama direncanakan akhirnya berlangsung sehari setelah
            Proklamasi Kemerdekaan  pada 18 Agustus. Panitia  menambahkan
            enam orang anggota lagi tanpa sepengetahuan Jepang, yaitu Achmad
            Soebardjo, Iwa Kusumasumantri, Kasman Singodimedjo, Ki Hadjar
                                                                   49
            Dewantara, R. A. A. Wiranatakusuma, dan Sajuti Melik.   Sukarno
            membuka sidang dengan pidato singkat, kemudian ia meminta Hatta
            menyampaikan beberapa perubahan mendasar dalam pembukaan
            dan batang tubuh UUD yang telah dirumuskan oleh BPUPKI dan
                             50
            Panitia Sembilan.   Sukarno  membacakan  Pembukaan  UUD  yang
            sudah diubah  sesuai dengan  usulan  Hatta  dan  mengundang
            komentar  dari para anggota. Di antara masukan baru yang
            dilontarkan ada usulan dari Ketut Pudja untuk mengganti kata ‘Allah’
            dalam frasa awal  paragraf  ketiga, “atas berkat Rahmat Allah Yang
            Maha Kuasa” dengan kata ‘Tuhan’ sehingga frasa itu berubah menjadi
                                                            51
            “atas berkat Rahmat  Tuhan yang maha kuasa.”   Rupanya Pudja
            sebagai  penganut  Hindu  Bali  mempertimbangkan  aspirasi  warga
            negara Indonesia yang tidak mengikuti tradisi agama-agama samawi
                                                  52
            untuk menyebut ‘Tuhan’ sebagai ‘Allah’.
                   Dalam sidang pertama tersebut Sukarno dan Hatta ditetapkan
            sebagai presiden dan wakil presiden.  Mereka akan  dibantu oleh
            sebuah komite nasional sementara belum dapat dibentuk dewan-
            dewan permusyawaratan  dan perwakilan (MPR dan DPR) karena
            kondisi perang. Sukarno lalu membentuk Panitia Kecil yang diketuai
            Oto Iskandardinata dan beranggotakan sembilan orang, termasuk
            Pudja, untuk membicarakan program prioritas pemerintah, susunan
   231   232   233   234   235   236   237   238   239   240   241