Page 237 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 237
I Gusti Ketut Pudja 223
pemerintahan, serta kepolisian dan ketentaraan. Pada hari
berikutnya, 19 Agustus, Oto Iskandardinata melaporkan hasil kerja
mereka dan berdasarkan tanggapan dari anggota-anggota yang lain
ditetapkan pembagian Indonesia menjadi delapan provinsi, yaitu
Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sunda Kecil, Maluku,
Sulawesi, dan Kalimantan. Pudja ditunjuk menjadi Gubernur Sunda
Kecil dengan wilayah yang meliputi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan
Nusa Tenggara Timur.
Walau Proklamasi telah diumumkan, proses pemindahan
kekuasaan pada awal kemerdekaan mengandung kerumitan
tersendiri. Intinya, pemerintahan baru masih rentan menghadapi
kemungkinan ancaman sisa-sisa tentara Jepang dan Sekutu terhadap
kedaulatan Republik sementara kekuatan bersenjata sendiri masih
lemah. Suatu kenyataan pula bahwa belum semua pimpinan daerah
menentukan sikap politik apakah mendukung Republik ataukah
bekerja sama dengan pemerintah Belanda; kelompok politisi
berbeda-beda aliran dan kepentingan berusaha mendesakkan
gagasan masing-masing tentang bagaimana negara baru ini harus
dijalankan, dan laskar-laskar pemuda, serta rakyat secara umum
yang menafsirkan kemerdekaan sebagai kebebasan untuk melakukan
apa saja terhadap pihak-pihak yang dianggap musuh.
Dalam pidato pertamanya sebagai presiden di stasiun Radio
53
Suara Indonesia Merdeka pada 23 Agustus 1945 Sukarno berulang
kali menekankan pentingnya membangun negeri yang membawa
semangat perdamaian bukan peperangan. Ia mengimbau agar rakyat
bergabung dalam institusi-institusi yang baru didirikan, yaitu KNI,
BKR, dan PNI, membangun persatuan antargolongan dan lapisan
rakyat, dan bekerja sama “menyusun Indonesia Merdeka,” tanpa
saling menuding dan menyalah-nyalahkan satu sama lain. Tampak
dari pidato itu pemerintah mengajak rakyat untuk membangun
kemampuan mengendalikan diri dan menjaga keamanan dan
ketertiban umum demi pengakuan internasional atas keberadaan
54
Republik Indonesia.

