Page 27 - Microsoft Word - KeruntuhanTeoriEvolusi
P. 27
BAB 6
ASAL-USUL BURUNG DAN MAMALIA
Menurut teori evolusi, kehidupan berawal dan berevolusi di laut, kemudian amfibi memindahkannya ke
darat. Skenario evolusi ini juga menyatakan bahwa amfibi kemudian berevolusi menjadi reptil, makhluk yang
hanya hidup di darat. Sekali lagi skenario ini tidak masuk akal, karena terdapat perbedaan-perbedaan struktural
yang jauh antara dua kelompok besar hewan ini. Misalnya, telur amfibi didesain untuk berkembang di dalam air
sedangkan telur amniotik reptil didesain untuk berkembang di darat. Evolusi “bertahap” amfibi adalah mustahil,
sebab tanpa telur yang didesain dengan baik dan sempurna, tidak mungkin sebuah spesies dapat bertahan hidup.
Selain itu, seperti biasa, tidak ada bukti bentuk transisi yang mestinya menghubungkan amfibi dengan reptil.
Robert L. Carrol, seorang ahli paleontologi evolusionis dengan spesialisasi di bidang paleontologi vertebrata,
mengakui bahwa “reptil-reptil awal sangat berbeda dengan amfibi dan nenek moyang mereka belum
1
dapat ditemukan.”
Akan tetapi, skenario evolusionis tanpa harapan ini belum juga berakhir. Masih ada masalah, bagaimana
membuat mahkluk-makhluk ini bisa terbang! Karena mempercayai burung sebagai hasil evolusi, evolusionis
berkeras bahwa burung-burung tersebut berasal dari reptil. Akan tetapi, tidak ada satu pun mekanisme khas
burung dengan struktur yang sepenuhnya berbeda dengan binatang darat dapat dijelaskan dengan evolusi
bertahap. Misalnya sayap, sebagai satu ciri khas burung, merupakan jalan buntu bagi para evolusionis. Seorang
evolusionis dari Turki, Engin Korur, mengakui kemustahilan evolusi sayap:
Ciri yang sama antara mata dan sayap adalah bahwa keduanya hanya berfungsi jika telah berkembang
sempurna. Dengan kata lain, mata setengah jadi tidak dapat melihat; seekor burung dengan sayap
setengah jadi tidak dapat terbang. Tentang bagaimana organ-organ ini muncul, masih merupakan salah satu
2
misteri alam yang perlu dicari penjelasannya.
Pertanyaan bagaimana struktur sayap yang sempurna muncul dari serangkaian mutasi acak, masih belum
terjawab sama sekali. Adalah penjelasan yang tidak mungkin bahwa lengan depan reptil dapat berubah menjadi
sayap yang berfungsi sempurna sebagai hasil distorsi pada gen-gennya (mutasi).
Lagi pula, sekadar memiliki sayap tidak memadai bagi organisme darat untuk terbang. Organisme darat
tidak memiliki mekanisme-mekanisme struktural lain yang digunakan burung untuk terbang. Misalnya, tulang-
tulang burung jauh lebih ringan daripada tulang-tulang organisme darat. Cara kerja paru-paru mereka sangat
berbeda. Mereka memiliki sistem otot dan rangka yang berbeda dan sistem jantung-peredaran darah yang sangat
khas. Ciri-ciri ini adalah prasyarat untuk bisa terbang, yang sama pentingnya dengan sayap. Semua mekanisme
ini harus ada seluruhnya pada saat bersamaan; semuanya tidak mungkin terbentuk sedikit demi sedikit dengan
cara “terakumulasi”. Karena itulah teori yang menyatakan bahwa organisme darat berevolusi menjadi
organisme terbang benar-benar menyesatkan.
Semua ini menimbulkan pertanyaan baru: kalaupun kisah mustahil ini kita anggap benar, mengapa
evolusionis tidak mampu menemukan fosil-fosil “bersayap setengah” atau “bersayap tunggal” untuk
mendukung kisah mereka?