Page 191 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 191

3)   Nasionalisasi beberapa perusahaan
                     Ada beberapa perusahaan Belanda  yang dinasionalisasikan, salah
            satunya adalah nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia yang
            dikukuhkan dalam Peraturan Pemerintah Pengganti UU No. 2/1946 tanggal 5 juli

            1946. Bank Indonesia yang berfungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.
            Undang-Undang  No.  24/1951  diperkuat  dengan  adanya  Undang-Undang  No.
            11/1953  dan  Lembaran  Negara  No.  40  yang  menerangkan  bahwa  jabatan
            presiden Bank Indonesia menjadi Gubernur Bank Indonesia. Selain pengalihan

            De  Javasche  Bank, pemerintah  juga mengambil  alih  perusahaan-perushaaan
            seperti kereta api, gas, listrik, dan sejumla perusahaan utilitas publik lainnya.
                  Dalam  Nasionalisasi  gelombang  kedua  yaitu  tahun  1958,  Pemerintah
            Indonesia mengambil alih perusahaan penerbangan KLM, perusahaan pelayaran

            KPM, perkebunan, industri, perusahaan dagang Belanda yang dikenal dengan
            The Big Five dan bank bank Belanda.
                  4)   Gunting Sjafruddin
                  Menteri keuangan pada  tahun  1949  yaitu              reminder

            Sjafrudin  Prawiranegara membuat kebijakan            Pada tahun 1949,
                                                                  Menteri Keuangan
            Guntung  Sjafrudin  atau  Sanerring  yang bertujuan   Sjafrudin Prawiranegara
            untuk  menghapus  inflasi.  Rakyat  diwajibkan        membuat kebijakan
            menggunakan uang pecahan yang bernilai  Rp.           Gunting Sjafrudin
                                                                  atau Sanerring yang
            2,50,00  dan  dipotong  menjadi  dua  potong          bertujuan untuk
            dan  memberlakukan  setengahnya sebagai  alat         menghapus inflasi
                                                                  dengan memotong uang
            pembayaran  yang sah, tetapi  nilainya hanya          menjadi dua, dimana
            setengah dan sisi lainnya harus diserahkan kepada     satu bagian menjadi

            pemerintah untuk diganti oleh obligasi negara yaitu   nominal berlaku, dan
                                                                  bagian lainnya digunakan
            tanda hutang negara.  14                              untuk membeli obligasi.
                  5)  Sistem Ekonomi Ali-Baba
                  Sistem  ekonomi ini  menggambarkan Ali sebagai pengusaha  penduduk

            asli Indonesia, Baba sebagai pengusaha luar. Sistem ini digagas oleh Mr. Iskak
            Cokrohadisuryo.  Sistem  ini  bertujuan  agar  pengusaha  asing  (terutama  Cina)
            diwajibkan  memberikan  latihan-latihan  dalam  membangun  ekonomi  mikro
            kepada pengusaha penduduk asli. Pemerintah memberikan lisensi untuk usaha

            swasta nasional.
            14   Sudirman,  Op.Cit. h. 378
                                                  Sejarah Nasional Indonesia VI            187
   186   187   188   189   190   191   192   193   194   195   196