Page 383 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 383
perlakuan ini, dan kita tunjukkan bahwa kita masih memiliki gigi
yang kuat, dan kita juga masih memiliki martabat
Yoo… ayoo… kita… Ganjang… Ganjang… Malaysia
Ganjang… Malaysia bulatkan tekad Semangat kita
Badja peluru kita banjak Njawa kita banjak
Bila perlu satoe-satoe!
Soekarno (Sudirman,2014:340).
Akibatnya pada 18 September 1963, lahirlah demonstrasi anti Malaysia,
dengan spanduk-spanduk yang berbunyi “Ganyang Malaysia”, “gantung Tengku
Abdul Rahman”, “gantung Tengku Abdil Rahman antek Nekolim (Neokolonialisme/
Imperialisme)”. Para demonstran membakar kedutaan Britania di Jakarta.
Beberapa ratus perusuh merebut kedutaan Singapura di Jakarta dan juga rumah
diplomat Singapura (Evantino, 2009:45).
Akibat pembakaran tersebut, gedung Kedutaan Besar Inggris di Jakarta
pun jadi sasaran para demonstran, hancur berantakan, yang tersisa hanya
puing-puingnya saja. Rumah-rumah tinggal para diplomat Inggris digedor,
mobil-mobilnya dibakar di jalanan dan gedung perkumpulan kriket yang
menjadi kebanggan mereka dibakar. Perkebunan-perkebunan Inggris di Jawa
dan Sumatera disita dan kemudian pemerintah mengumumkan penyitaan atas
semua milik Inggris di Indonesia (Evantino, 2009:46).
Howard Jones, Duta Besar Amerika Serikat saat itu, melaporkan kepada
Washington bahwa ia bertemu Sukarno. “Saat itu Sukarno marah besar. Tidak
ada lagi pertukaran salam. Tak ada basa-basi. Menjawab pertanyaan saya,
apakah situasi sudah terkendali, Sukarno meledak dan mengutuk tindakan
Tengku. ‘Sejak kapan seorang kepala negara pernah menginjak-nginjak lambang
negara lain?’ Sukarno juga menyebutkan fotonya yang dirobek dan diinjak-injak.
‘Rakyat Indonesia sudah murka! Ini Asia, tahun 1963. Saya juga amat beremosi!
(Evantino, 2009: 46).
Howard Jones menyatakan simpatinya, tetapi ia menekankan bahwa
Indonesia tak bisa mengandalkan bantuan AS jika Sukarno ingin melakukan balas
dendam. Sementara itu, TNI Angkatan Darat terpecah: Jenderal Ahmad Yani tidak
bersedia mengerahkan pasukan untuk menyerbu Malaysia karena tidak merasa
Sejarah Nasional Indonesia VI 379