Page 386 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 386
Selama 1963-1965, dalam pelaksanaan kegiatan operasi Dwikora telah
diadakan pelaksanaan kegiatan operasi Udara di daerah Sumatera, Riau, Kalbar,
Kaltim, dan daerah Semenanjung Malaya. Adapun sasaran yang akan dicapai
dalam pelaksanaan operasi “Dwikora” adalah sebagai berikut:
1. Pengintaian dan pemotretan udara di Malaysia Barat dan Timur serta
Lautan selatan Pulau Jawa
2. Patrol udara dengan sasaran memeriksa “Reaction Time” lawan di
Singapura dan Jeseltron
3. Penerjunan yang dilaksanakan oleh anggota PGT AURI di daerah lapis
serta Hilir Kuala Lumpur (Sudirman, 2014:341). Sasaran yang akan
diserang:
4. Di Semenanjung Malaysia: Kuala Lumpur, Port Swittenham dan Malaecea,
sedangkan pangkalan yang digunakan adalah PAU Medan
5. Di Singapura: Singapura kota, Tengah Airfield dan Pelabuhan Singapura.
Pangkalan yang digunakan dalam misi penyerangan adalah Pangkalan
Tanjung Balai Karimun dan Pulau Penuha
6. Di Kalimantan Utara: Labuhan Airfield Jesselton Airfield, Kuching Kota
dan Tawao Airfield. Pangkalan yang digunakan untuk penyerangan adalah
satuan Debsema AURI Bulutambang, Satuan Debsema Auri Kemayoran,
PAU Iswahyudi dan Pangkalan Udara Waru (Sudirman, 2014:341).
Kekuatan AURI harus berhadapan dengan AU Inggris dan AU Australia yang
melindungi negara persemakmurannya. Kekuatan gabungan Inggris-Australia
diduga terdiri dari 50-an bomber, 24 Hawker Hunter, 24 Gloster Javelin, 30F-
86 Sabre, serta 6 skadron pesawat angkut dan 12 helikopter. Belum dihitung
skadron rudal Blood Hound serta 2 skadron pesawat siap di Australia. Pertahanan
Malaysia makin sempurna dengan dukungan pasukan darat dan laut. Semua
terdiri dari 27 batalion, 16 batalion artileri, belasan kapal, serta pasukan Gurkha
(Evantino, 2009:50).
Operasi-operasi perembesan dilakukan ke daerah lawan sampai ke
Singapura dan daratan Semenanjung Malaya. Pada 30 Mei 1964 diberangkatkan
satu batalyon Sukarelawan Dwikora ke daerah perbatasan. Untuk lebih
mempopulerkan Dwikora, pada tanggal 27 Agustus 1964 dibentuk Kabinet
Dwikora menggantikan Kabinet kerja IV.
Sejarah Nasional Indonesia VI 382