Page 236 - Final Sejarah Islam Asia Tenggara Masa Klasik
P. 236

Maka ciri lain dari tradisi integrasi   Aceh, pengganti Iskandar Thani,                             dalam perdebatan atau perbedaan        seorang pendatang yang diminta
            adalah menyingkirkan unsur-unsur        mendukung gerakan ulama moderat                             pendapat dari kedua corak otoritas ini,   menjadi raja. Pendatang itu tak lain
            yang tidak terintegrasi ke posisi yang   untuk menyingkirkan ar-Raniri dari                         maka tidak jarang pandangan agama      daripada penyebar agama. Karena itu
            marginal, yang keberadaannya “diam-     lingkungan istana. 43                                       lebih dominan. Inilah yang terjadi di   bisa dimengerti jika gelar lain dari
            diam” diakui, atau bahkan dipakai,                                                                  Aceh, ketika raja membiarkan ulama     Sultan Sulu ialah Paduka Malasari
            tetapi tidak dapat diterima sebagai     Dengan bukunya, Bustanus Salatin, Ar-                       menjalankan reformasinya. Maka         Maulana al-Sultan. Dengan nama ini
            bagian dari kerangka konseptual yang    Raniri memberikan sumbangan yang                            bisalah dipahami kalau kemudian elite   tergabunglah biografi raja sebagai
            ideal Mantra, jampi-jampi, kedudukan    berharga dalam pembentukan tradisi                          kekuasaan berusaha mendapatkan raja    penyebar agama, yaitu maulana (seperti
            dukun, bissu (di Sulawesi Selatan),     politik Aceh. Sultan adalah pemegang                        atau penguasa yang relatif lemah, yang   juga sebutan terhadap penyebar agama,
            atau comoh di Tanah Semenanjung         monopoli inisiatif yang berwawasan                          bisa dikendalikan.                     sebelum diakui sebagai sunan atau wali,
            adalah ril dan aktual, terjadi dibiarkan   sosial, dan tindakannya harus                                                                   di Jawa) dan keterikatan Sulu ke dalam
            seakan-akan biasa di luar kerangka      merupakan perwujudan dari takdir                            Kecenderungan ini pulalah yang         tradisi “dunia Melayu”.  Bahkan boleh
                                                                                                                                                                            47
                                                          44
            “kebudayaan” sah.                       Tuhan.  Iskandar Muda mengalahkan                           terdapat di Palembang/ Suara penguasa   dikatakan bahwa landasan legitimasi
                                                    Pahang bukan karena ia bermaksud                            agama atau penghulu, yang bergelar     kekuasaan dari “orang-orang Moro”,
            Dalam proses pembentukan tradisi yang   untuk memperluas wilayahnya.                                Pangeran Natta/Agama, lebih penting    yang dikatakan oleh seorang ahli sebagai
            terus-menerus, sang penguasa yang       Kemenangan atas Pahang adalah wujud                         dari Temenggung Kerta Negara, yang     “masyarakat tunggal, meskipun bukan
            memiliki daulat, selalu menempati posisi   “hikmah Allah yang terlalu ajaib dan                     mengadili\masalah pidana, meskipun     kebudayaan tunggal”,  ditentukan
                                                                                                                                                                           48
            pusat, baik sebagai penganjur maupun    kodrat-Nya yang dari amat ghaib, pada                       putusan mereka, “menurut Qur’an        oleh ikatan geneologis dengan raja-raja
            penentang gelombang informasi. Sebagai   berlakunya iradat- Nya atas seseorang”.                    atau adat harus diperkenan oleh Sultan   pertama ini. Tiada datu atau kepala
            daulat ia bukanlah dewa dalam konsep    Bukankah karena kemenangan ini                              sebelum dilaksanakan. Demikian pula    daerah, apalagi Sultan, yang akan dapat
                                                                                                                                    45
            Ciwa-Budhis, melainkan wakil Tuhan      Iskandar Muda mendapatkan anak                              halnya dengan kerajaan Sulu. Setidaknya   pengakuan tanpa ikatan ini. Artinya
            di bumi. Sebarang tindakannya tidak     angkat, yang dijadikannya sebagai                           menurut kebiasaan yang berlaku, jika   ialah pembuktian dari tarsila bahwa ia
            saja harus bermakna secara religius, ia   menantu untuk kemudian menjadi                            seandainya terjadi perbedaan pendapat   adalah keturunan Nabi—gelar Syarif
            sendiri merupakan bagian dari sistem    penggantinya yang demikian bijaksana?                       sebagai pemegang jabatan keagamaan     atau sayyid (dari garis Hasan atau
            politik yang didukung agama. Setiap     Ia adalah Iskandar Thani, raja pelindung                    yang tertinggi, dengan panglima, jabatan   Husein) adalah suatu kemestian.
                                       42
            gangguan, apapun bentuknya dalam        ar-Raniri sendiri.                                          tertinggi pada hirarki politik Sulu,
            sistem harus dihindarkan. Dan setiap                                                                maka, menurut seorang penulis Spanyol,   Meskipun Sulu (jika dibanding
            penyimpangan yang mungkin telah         Raja sebagai “khalifatullah” adalah                         “pandangan Kadhi-lah yang berlaku” .   Maguindanao yang terdiri atas tiga
                                                                                                                                                 46
            terjadi dalam sistem harus diluruskan.   puncak kekuasaan dan keabsahan                                                                    kesultanan, apalagi dengan Maranao,
            Karena itulah Sultan Iskandar Thani     dalam susunan hirarki. Dalam tradisi                        Salah satu hal yang ditegaskan oleh    yang berpusat banyak) telah mencapai
            mendukung dan melindungi gerakan        mengenal dua otoritas yang disebut                          tarsila ialah bahwa raja yang pertama,   tingkat unifikasi yang tertinggi, namun
            “ortodoks” radikal yang dilaksanakan    Tajus- Salatin, “tahta” dan “nurbuwah”,                     baik di Sulu (dengan Sultan Sharifu    sistem politiknya memberi kemungkinan
            oleh Nuruddin ar-Raniri. Dan            dunia dan agama, raja adalah orbitan                        ul-Hasjim), maupun di Maguindanao      bagi terjadinya persaingan untuk
            dalam situasi yang sama pula, ratu      terakhir. Seandainya raja belum terlibat                    (dengan Syarif Kabunsuan) adalah       mendapatkan jabatan sultan. Sultan



         224    Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik                                                                                           Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik   225
   231   232   233   234   235   236   237   238   239   240   241