Page 242 - Final Sejarah Islam Asia Tenggara Masa Klasik
P. 242
erat antra umara yang mewakili dunia Demikianlah, Serat Darmagandu, dari dominasi kraton-pusat. Kutukan Sultan yang menghukum Syekh Siti
60
kekuasaan yang sah, dan ulama. Tradisi yang memuji-muji zaman pra-Islam atas Syekh Siti Jenar oleh sidang Wali Jenar yang “tersesat”. Tugas raja adalah
ini juga memuliakan ulama, yang juga dan menganggap Islamisasi sebagai Sanga, dengan dukungan Sultan Demak, menciptakan keserasian, bila perlu
“pandai berbahasa Kawi” (tradisi sastera penyimpangan sejarah bisa dilihat dilakukan tidak hanya karena ajaran dengan kekerasan, bukan menyebarkan
pra-Islam) dan selalu mengingatkan sebagai penghinaan budaya, karena Jenar, tetapi juga karena implikasi politik agama. Raja adalah penjaga dan
masyarakatnya bahwa “orang yang mengabaikan dunia baru Jawa. Maka dari ajarannya. Ajaran panteistik yang pemelihara ketertiban kosmos, bukan
berani menentang raja/dan merusak konflik sosial pun tak terhindarkan. disebarkannya telah menimbulkan pelopor dalam penciptaan landasan
negara, akan dihukum”. Bukan karena Dalam suasana ideologis yang sama pertikaian sosial. Tak ubahnya dengan ketertiban kosmos yang baru. Sultan
hal itu dianggap memberontak, tetapi ulama, yang dengan kaku berpegang Kyai Mutamakin, tokoh dari Serat Prawata dari Demak mungkin orang
“karena raja selalu benar/wakil dari pada tingkah laku dan sistem Cabolek, kegiatan dan ajaran Syekh yang baik, tetapi ia lemah. Sebab suka
Nabi/dan Nabi adalah wakil Tuhan Yang kepercayaan menurut perspektif Siti Jenar merongrong wibawa Sultan hidup sebagai seorang pertapa daripada
Maha Kuasa. Nabi adalah Rasul Allah/ syariah—suatu gejala yang sangat umum maupun para wali. Karena itulah penguasa. Dengan begini ia hanya bisa
dan semua larangan-Nya berlaku bagi dalam sejarah Islam di Jawa—dapat pula pengutukannya merupakan sebuah cara mencapai ketertiban batinnya, tetapi
setiap orang”. 59 dilihat sebagai gangguan budaya. Ulama untuk memulihkan dan menjaga sistem boleh menjaga keharmonisan kosmos
itu secara kultural diperlakukan sebagai kekuasaan yang sah. yang besar. Masa pemerintahannya,
Dalam konteks pemikiran ini maka orang asing, yang mempropagandakan yang berakhir dengan pembunuhan,
marginalisasi unsur-unsur pra- Islam “agama Arab”. Tokoh yang ideal Dalam tradisi integrasi, raja kerap adalah akhir dari kejayaan Demak.
adalah suatu dilema yang tidak adalah yang tercermin pada diri Ketib digambarkan sebagai pelaku utama
selamanya bisa diatasi—meskipun secara Anom, tokoh utama Serat Cabolek, yang dalam gerakan keagamaan, dengan Tradisi dalam Perspektif Perbandingan
bertahap, seperti halnya dalam tradisi memahami kedua belah sisi dari situasi ulama sebagai tangan kanan raja.
integrasi. Orang luar mungkin akan dialog. Sungguhpun begitu, dialog Iskandar Thani-lah yang melakukan Sejarah Asia Tenggara adalah kisah
menyebutnya sinkretisme, tetapi dalam terus berlangsung. Dan para santri pembersihan atas para pengikut interaksi dari berbagai lapisan basis
tradisi ini yang ingin ditemukan ialah dengan pesantren mereka melanjutkan Hamzah Fansuri, walaupun sebenarnya kesatuan. Pembentukan satu lapisan
terdapatnya keselarasan dan kesesuaian. proses “santrinisasi” dengan cara atas anjuran Nuruddin ar-Raniri. Dan kesatuan adalah penciptaan sebuah
“mengislamkan” simbol-simbol budaya. 61 Sultan Iskandar Muda yang dianggap tipe peradaban baru. Kedatangan
Penekanan terhadap kebenaran doktrin sebagai pembangun masjid besar dan Islam, seperti juga ekspansi “peradaban
agama dengan mengalahkan filsafat Tradisi dialog senantiasa dibutuhkan yang menyuruh rakyat untuk mematuhi Hindu”, yang terjadi sebelum episode
Kawi berarti sama dengan penolakan oleh kekuasaan dan pandangan dunia ajaran agama. Dalam tradisi dialog, sejarah itu, bukanlah, seperti yang
terhadap landasan dunia kultural Jawa. kraton. Corak ortodoksi kraton ini bukan kepada raja, tetapi kepada wali dengan tepat dikatakan oleh seorang
Sedangkan penolakan terhadap ajaran mengakui keberadaan dua dunia yang atau ulama besar, penghargaan harus. sejarawan “suatu garis yang kontinyu,
Islam tidak hanya berarti kembali ke harus berhubungan dengan serasi, baik ditujukan untuk gerakan keagamaan tetapi... suatu konfigurasi dari pusat-
zaman Ciwa-Budha, tetapi adalah pula dalam kehidupan ancaman sentripetal yang penting. Bukan Sultan, tetapi pusat tradisi yang menonjol dalam
pengingkaran sejarah dan kenyataan yang selalu menghantui—yakni usaha Wali Sanga, yang membangun masjid lingkungan yang asing”. Dan dalam
62
sosial-kultural. kraton kecil untuk melepaskan diri suci Demak. Wali Sanga pula dan tidak proses itu, agama universal Islam yang
230 Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik 231