Page 249 - Final Sejarah Islam Asia Tenggara Masa Klasik
P. 249

Tetapi, apakah jawaban yang diberikan   kisah Syekh Siti Jenar, yang dihukum   penguasa lokal atau raja mengalami   Dalam suasana ini bukan lagi dunia-
 Sultan Pasai itu? Sejarah Melayu tidak   para wali, sangat terkenal. Berbagai   berbagai corak peristiwa sampai ia   makna yang dihayati oleh sebuah
 mengatakannya. Namun dari ketiadaan   kisah lain akan mudah juga didapatkan.   akhirnya mengambil pilihan yang pasti   komunitas kognitif yang menjadi
 jawab ini barangkali salah satu fungsi   Si penyebar pengetahuan esoteris kepada   -”menjadi Muslim”. Kini pertanggungan-  perhatian pokok, tetapi corak higher
 kultural dari Sejarah Melayu dapat   masyarakat awam, bukan saja dapat   jawaban kultural telah digantikan   civilization lama yang harus dikalahkan.
 pula dilihat. Teks ini, seperti juga teks   dituduh sebagai “pengacau” kemantapan   oleh usaha pencarian yang tanpa henti   Dengan “kemenangan” mitologis
 historiografi tradisional yang lain, ingin   ortodoksi, yang telah dibenarkan   hakikat tertinggi. Mitos konversi,   ini maka si pemenang mendapatkan
 menciptakan atau memupuk suatu dunia   konsensus, tetapi juga sebagai   yang ingin meletakkan landasan   legitimasi kultural sebagai penyebar
 makna yang dihayati bersama. Teks ini   “pembangkang” terhadap keabsahan   paradigma baru, dengan memberikan   agama dan pencari hakekat ajaran
 ingin membangun suatu paradigma   sistem otoritas. Kasus ini pulalah yang   penjelasan mitologis tentang keharusan   keagamaan. Namun dengan begini
 yang dapat menjadi landasan dalam   harus dihadapi sufi legendaris, Al-Hallaj,   transformasi landasan kepercayaan   pula mitos perbenturan intelektual
 hidup kemasyarakatan, dengan sistem   dari abad X M.  dan kultural, kini telah digantikan oleh   bisa merupakan penjelasan tentang
 hirarki, yang diakui bersama. Sedangkan   kisah “kompetisi intelektual” yang   berlanjutnya unsur-unsur lama dalam
 jawab yang diberikan bukanlah “hal”   Kini kita telah berhadapan dengan   dimenangkan.  paradigma pemikiran baru. Keabsahan
 yang pantas untuk diketahui semua   wilayah permasalahan yang   unsur-unsur lama tidak secara total
 orang. Hanyalah golongan tertentu saja   menyangkut refleksi dan pemikiran   Maka diceritakanlah bahwa seorang   dinafikan, tetapi dijadikan sebagai
 yang bisa memahami, tanpa merusak   terhadap esensi dan tuntutan ajaran   pendeta Hindu telah siap dengan segala   sesuatu yang subordinatif kepada
 dirinya dan masyarakat.  agama, bukan lagi pertanggungan   buku-bukunya untuk berdebat dengan
 jawab kultural terhadap proses konversi   Sunan Bonang. Tetapi dalam perjalanan   yang baru, yang kini ditampilkan
 Kisah ini hanyalah sebuah ilustrasi dari   yang telah terjadi. Dalam historiografi   laut itu kapalnya kandas. Semua   sebagai “pemegang hegemoni” dunia
 sikap keyakinan keagamaan bahwa   tradisional atau ingatan kolektif   buku keagamaaan yang dibawanya   nilai. Dengan begini pula proses
 dalam masalah pemahaman hakikat   masyarakat, raja, yaitu sang penguasa   telah terbenam bersama kapal yang   Islamisasi dari unsur-unsur lamapun
 ketuhanan terdapat pembedaan yang   wilayah yang menjadi biasa menjadi   membawanya. Setelah sang pendeta itu   itu dijalankan. Begitulah, umpamanya,
 penting antara golongan awam dengan   fokus utama dalam kisah atau, mungkin   berhasil mendarat, secara kebetulan ia   Raden Said (anak penguasa Tuban), yang
 golongan yang telah mendalami ilmu   juga, mitos dari peristiwa konversi   bertemu dengan seseorang yang sedang   telah berkelana sebagai penjudi dan
 keagamaan. Ternyata tidak semua orang   agama—seperti kasus raja bermimpi   menancapkan tongkatnya di tanah.   perampok, kemudian ia dikenal sebagai
 dibiarkan untuk memasuki pemasalahan   (Pasai), raja sakit (Patani), raja dikunjungi   Ternyata orang itu dialah yang bernama   Syeh Melaya (dan akhirnya bergelar
 ketuhanan yang serba pelik. Hanyalah   Nabi (Tallo’) dan sebagainya—- kini   Sunan Bonang. Dalam perdebatan   Sunan Kalijaga), setelah Sunan Bonang,
 mereka yang telah “terpelajar” yang   peranannya telah digantikan oleh   teologis yang mereka adakan, akhirnya   secara demonstratif, sesuai dengan
 bisa dan dibolehkan memasuki wilayah   para ulama, para sufi, yang selalu   sang pendeta menyadari bahwa buku-  pemikiran religio-mistis yang berlaku,
 permasalahan ketuhanan yang pelik ini.   resah mencari suasana kepastian dan   bukunya yang hilang itu tidaklah   memperlihatkan bahwa kekayaan
 Sejarah Melayu dalam hal ini hanyalah   kemantapan. Dalam mitos konversi,   sebanding dengan “buku” yang   material bukanlah jaminan untuk
 salah satu kasus saja, bahkan, tidak pula   seperti telah dikisahkan pada bagian   sebenarnya. Ia pun akhirnya menjadi   mendapatkan kebahagiaan. Kemudian,
 yang paling terkenal. Dalam tradisi Jawa,   terdahulu, kelihatan betapa seorang   murid setia dari Sunan Bonang. 71  tanpa meniadakan keabsahan pemikiran



 236  Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik   Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik   237
   244   245   246   247   248   249   250   251   252   253   254