Page 253 - Final Sejarah Islam Asia Tenggara Masa Klasik
P. 253

Asia Tenggara. Renungan keagamaan   Karena itulah periode ini adalah saat   kultural dari tradisi politik Islam pun   Bahkan, ada pula yang mengatakan
 seperti ini juga menguasai literatur   yang kritis dalam perkembangan Islam   menjadi taruhan pula. Tak kurang   bahwa akarnya ialah pemikiran yang
 suluk di Jawa. Bagaimanakah hubungan   di Asia Tenggara. Pada tahap-tahap awal   pentingnya, kontinuitas atau perubahan   berkembang di India.
 spiritual antara “kawula” dan “gusti” bisa   dari usaha pembentukan komunitas   kultural menjadi problematik internal
 dipahami?  Islam dan penyertaannya dalam corak   yang sangat penting. Proses perluasan   Tetapi, bagaimanapun juga harus
 kosmopolitanisme baru merupakan tema   jangkauan pengaruh agama dalam   dibedakan antara proses akulturasi yang
 Kecenderungan sufistik ini juga   yang utama, sedangkan yang menjadi   struktur sosial dan pola perilaku serta   bisa terjadi, dengan asal-usul dari suatu
 terpantul dalam usaha perumusan   masalah pokok ialah “penyederhanaan”   pendalaman maknanya dalam kesadaran   kecenderungan pemikiran. Maka, dalam
 hubungan antara kawula dan gusti,   ajaran ke dalam berbagai bentuk simbol   dan sistem kepercayaan ternyata   hal ini tradisi sufistik lebih dulu harus
 “hamba” dan “tuan”, dalam bentuk   kultural. Pada tahap kedua, masalah   membawa resiko kultural yang besar   dicari dari ajaran Islam sendiri—sejarah
 yang lebih ril, yaitu kekuasaan   lain telah harus dihadapi. Lebih dari   juga.  kehidupan Nabi dan para sahabat,
 politik. Bagaimanakah harus dilihat   pada masa-masa sebelumnya, kini idiom   dan, terutama dari al-Qur’an. Pada
 hubungan “raja” dan “rakyat”?   kebudayaan yang lama dan keharusan   Tetapi, peristiwa ini bukanlah hal yang   interpretasi atau tafsir terhadap ayat-ayat
 Apakah kekuasaan itu sesungguhnya?   struktural yang telah berakar secara   unik dalam Sejarah Islam. Sejak agama   itulah terutama pergolakan pemikiran
 Dalam hal ini kitab Tajus-salatin, yang   sadar dijadikan sebagai pasangan   yang bermula di kota Mekkah ini   dalam dunia mistik Islam terjadi.
 berpengaruh di kerajaan-kerajaan   dialog yang aktif. Dalam- proses   melebarkan sayapnya sampai ke pusat-
 Melayu dan Jawa, melihat hubungannya   dialog ini maka marginalisasi nilai   pusat peradaban besar hal-hal seperti itu   Ungkapan yang mengatakan “siapa
 dari kacamata sufistik. Semuanya   dan pembuangan idiom lama sebagai   terjadi juga.  yang mengenal dirinya, akan mengenal
 dilihat dari keharusan akan adanya   sesuatu yang tidak berharga bisa   Antara Makhluk dan al-Khalik  Tuhannya” (Man ‘arrafa nafsahu ‘arrafa
 keharmonisan dan kesatuan semesta.   terjadi. Atau, bisa juga, proses adaptasi   rabbahu) adalah awal dari usaha
 Teori “kenegaraan” yang diajukan kitab   dijalankan dan situasi simbiosis budaya   Pernah ada anggapan bahwa tradisi   intensifikasi ibadat melalui tasauf.
 ini tak berbeda jauh dari teori Sunni—  pun diperkuat. Maka keutuhan kosmos   mistik atau—lebih tepat—sufistik di   Namun problematiknya segera mulai,
 dalam arti penekanan yang utama pada   pun baru pun didapatkan. Hanya saja   dunia Islam, adalah pengaruh langsung   ketika konsep “mengenal diri” harus
 sifat kenegaraan, yang dilandasi oleh   prosesnya tidak selalu berjalan secara   dari Hellenisme, melalui pemikiran Neo-  dirumuskan. Bagaimanakah Hadith
 keharusan moral pribadi sang penguasa,   evolusioner. Konflik kultural bisa terjadi   platonis. Penyebaran Islam ke Persia,   Qudsi, yang mengatakan, Kuniu hanzan
 bukannya pada ketentuan struktural   dan pembalikan nilai yang bercorak   yang telah dirangkul oleh Hellenisme,   makhfiyyan an-u’rafa (Aku adalah harta
 dari kekuasaan. Namun, bukankah   “nativistik” kadang-kadang bisa juga   melalui penaklukan Iskandar Zulkarnain   yang tersembunyi, yang senang untuk
 kenyataan sejarah tidak pernah bisa   muncul.  (Alexander the Great) serta pengaruh   diketahui) harus diartikan? Semua
 menunjukkan terpenuhinya tuntutan   Persia dalam sejarah pemikiran Islam,   dirasakan sebagai suatu misteri.
 ideal itu? Maka, dalam periode ini   Dalam konteks Asia Tenggara sebagai   seakan-akan memberikan pembenaran   Bagaimanakah “yang tersembunyi
 pun kita berhadapan dengan usaha   keseluruhan, proses kultural yang   terhadap dugaan ini. Apalagi perdebatan   itu, dan “senang untuk diketahui” itu
 pembentukan tradisi politik yang   menggelisahkan ini menyebabkan   antara cita manusia sebagai “ciptaan”   bisa didekati? Para sufi juga sangat
 “ingin” mengatasi tuntutan ideal dan   terjadinya perbedaan tradisi keagamaan   atau sebagai “emanasi” Zat yang   menyadari peringatan Allah dalam
 keharusan struktural.  di antara komunitas pemeluk. Kesatuan   tertinggi juga melanda pemikiran sufi.   Al-Qur’an (Surah 57/Al-Hazd:16).



 240  Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik   Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik   241
   248   249   250   251   252   253   254   255   256   257   258