Page 258 - Final Sejarah Islam Asia Tenggara Masa Klasik
P. 258
kata Hamzah, “Jalal” dan “Jamal” ketika itu masih berlaku, dan menunjuk- tuan keluarkan rahasia ini kepada bukan lain, tingkat-tingkat realitas terbagi
mendapat tempat—“yakni segala yang kan cara yang benar, untuk menjalankan tempatnya. Wallah billah wa kalam atas dua kelompok, yaitu a’yan tabithah
baik daripada jamal, segala yang jahat usaha mendekatkan diri dengan Allah. Allah kerana Allah, jangan ditunjukkan (yang terdiri atas ahadiyah, wahdah,
daripada jalal, kafir daripada jalal, Hal ini bisa jadi, seperti dikatakan kepada orang-orangnya, kerana rahsia itu wahidiyah) dan a’yan kharijah (alam
Islam daripada jamal, shurga daripada Brakel, adalah pertanda bahwa ketika terlalu sukar” 95 arwah, alam mithah, alam ajsam, alam
94
jamal, neraka daripada jalal, murka itu praktek yoga masih dijalankan di Salah satu jasa Syamsuddin as- insan)—mulai dari situasi ketika belum
daripada jalal, ampun daripada jamal. Aceh. Dengan kata lain, di luar dugaan berwujud sampai yang tertinggi yaitu
93
Jalal (keagungan) dan jamal (keindahan) rupanya pengaruh Ciwa-Buddhisme Sumatrani dalam perkembangan tingkat yang paling nyata.
adalah dua aspek dari yang haqiqi yang cukup berakar di Aceh. Namun, kritik pemikiran sufistik ialah penyusunan
memunculkan dirinya pada pikiran dan nasehat ini memperlihatkan sebuah sistematika kosmogoni, Sejak mulai diperkenalkan ajaran
manusia dalam melihat fenomena pula bahwa Hamzah tidak hanya “martabat tujuh”, yang diolahnya “martabat tujuh” ini, seperti telah
dunia ini. Jahat dan baik adalah realitas sibuk dalam usaha mendekatkan dari kitab al-Tuhfah al-Mursala ila ruh disinggung di atas, berhasil mendapat
pada fenomena dunia, tetapi keduanya diri dengan Ke-esa-an yang haqiqi. an Nabi, yang ditulis Muhammad ibn pengaruh yang luas. Ajaran bahwa
96
terlebur dalam suatu kesemestaan. Nasehat ini juga memperlihatkan Fad Allah al-Burhanpuri (1590). Kitab penciptaan mengenal tahap-tahap dan
Pada tahap yang tertinggi, “ombak dan hasrat transformatif Hamzah terhadap ini sangat berpengaruh di kepulauan bahwa realitas terdiri atas tingkat-
laut tiada bercerai”. Meskipun Hamzah kehidupan keagamaan. Namun dalam Nusantara ini. Bukan saja Syamsuddin, tingkat dalam martabat “kehakikian”nya
dengan jelas membeda-bedakan taraf hal ini, memang ternyata, Syamsuddin bahkan juga ar-Raniri, dan teks-teks juga terpantul dalam berbagai teks
realitas dalam sistemnya, namun as-Sumatrani lebih menonjol. Ia lebih tanpa nama pengarang, telah membuat keagamaan yang konon ditulis oleh
relativisme antara perwujudan “jahat” seorang guru, daripada seseorang berbagai syarah atas kitab yang sangat ulama legendaris dari Jawa Barat, Syekh
dan “baik” sering pula tak teratasi. pencari yang gelisah. Dalam tulisan- dipengaruhi oleh Ibn al-Arabi dan al-Jili Haji Abdul Rauf, yang konon adalah
99
Barangkali relativisme ini pula yang tulisannya ia selalu mengingatkan ini. 97 murid dari Syekh al Singkeli. Malah,
memikat bagi para penulis suluk Jawa. bahwa hal-hal esoterik tentang Dalam sebuah teks, yang mungkin juga dengan gaya yang lebih liteter
“Baik” dan “jahat” menjadi terlebur Ketuhanan hanyalah bisa dipahami ditulis oleh seorang murid Syamsuddin dan canggih, dan dengan istilah
dalam konsep kesemestaan yang abadi oleh mereka yang telah terdidik. as-Sumatrani, dikatakan bahwa yang berbeda-beda, ajaran ini juga
98
dan tunggal. Untuk mencapai taraf ini seseorang sebelum ada apa-apa, maka yang ada menampilkan dirinya dalam Wirid
memerlukan guru yang sempurna, Hidayat Jati yang ditulis oleh pujangga-
Karena Hamzah Fansuri dianggap sebab: hanyalah Haq. Dari konsep keesaan yang kraton Surakarta sangat terkenal,
sebagai contoh dari pemikiran sufi yang total dan utuh inilah mengalir “martabat Ranggawarsita. 100
radikal, maka corak reformistis dari “rahasia ini terlalu sukar, jikalau tiada wahdat”, “artinya yang punya esa”.
tulisan-tulisannya sering terabaikan. Di dengan isyarat guru yang kamil dan Setelah itu, “martabat wahdiat” “artinya Salah satu hal yang menarik dan
samping seruannya yang estetik kepada jika tiada murid yang bijaksana, tiada yang esa”. Dari sinilah secara berturut- sekali gus kontroversial ialah usaha
ummat agar jangan pernah melupakan akan diperoleh, karena jikalau dengan turut merenungi, “alam arwah”, “alam Ranggawarsita untuk menuangkan
etik Islam dan ajaran Nabi dan al-Qur’an, hawa nafsu sahaja menjadi mazhab kafir mithah”, “alam ajsam”, dan akhirnya konsep-konsep ajaran sufistik ini
ia juga mengecam praktek meditasi yang zindik ia. Itulah ia, demi Allah, jangan “alam insan”. Dengan memakai kategori ke dalam alam pikiran Jawa. Maka
246 Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik 247

