Page 259 - Final Sejarah Islam Asia Tenggara Masa Klasik
P. 259

kata Hamzah, “Jalal” dan “Jamal”   ketika itu masih berlaku, dan menunjuk-   tuan keluarkan rahasia ini kepada bukan   lain, tingkat-tingkat realitas terbagi
 mendapat tempat—“yakni segala yang   kan cara yang benar, untuk menjalankan   tempatnya. Wallah billah wa kalam   atas dua kelompok, yaitu a’yan tabithah
 baik daripada jamal, segala yang jahat   usaha mendekatkan diri dengan Allah.   Allah kerana Allah, jangan ditunjukkan   (yang terdiri atas ahadiyah, wahdah,
 daripada jalal, kafir daripada jalal,   Hal ini bisa jadi, seperti dikatakan   kepada orang-orangnya, kerana rahsia itu   wahidiyah) dan a’yan kharijah (alam
 Islam daripada jamal, shurga daripada   Brakel,  adalah pertanda bahwa ketika   terlalu sukar” 95  arwah, alam mithah, alam ajsam, alam
 94
 jamal, neraka daripada jalal, murka   itu praktek yoga masih dijalankan di   Salah satu jasa Syamsuddin as-  insan)—mulai dari situasi ketika belum
 daripada jalal, ampun daripada jamal.    Aceh. Dengan kata lain, di luar dugaan   berwujud sampai yang tertinggi yaitu
 93
 Jalal (keagungan) dan jamal (keindahan)   rupanya pengaruh Ciwa-Buddhisme   Sumatrani dalam perkembangan   tingkat yang paling nyata.
 adalah dua aspek dari yang haqiqi yang   cukup berakar di Aceh. Namun, kritik   pemikiran sufistik ialah penyusunan
 memunculkan dirinya pada pikiran   dan nasehat ini memperlihatkan   sebuah sistematika kosmogoni,   Sejak mulai diperkenalkan ajaran
 manusia dalam melihat fenomena   pula bahwa Hamzah tidak hanya   “martabat tujuh”, yang diolahnya   “martabat tujuh” ini, seperti telah
 dunia ini. Jahat dan baik adalah realitas   sibuk dalam usaha mendekatkan   dari kitab al-Tuhfah al-Mursala ila ruh   disinggung di atas, berhasil mendapat
 pada fenomena dunia, tetapi keduanya   diri dengan Ke-esa-an yang haqiqi.   an Nabi, yang ditulis Muhammad ibn   pengaruh yang luas. Ajaran bahwa
                                        96
 terlebur dalam suatu kesemestaan.   Nasehat ini juga memperlihatkan   Fad Allah al-Burhanpuri (1590). Kitab   penciptaan mengenal tahap-tahap dan
 Pada tahap yang tertinggi, “ombak dan   hasrat transformatif Hamzah terhadap   ini sangat berpengaruh di kepulauan   bahwa realitas terdiri atas tingkat-
 laut tiada bercerai”. Meskipun Hamzah   kehidupan keagamaan. Namun dalam   Nusantara ini. Bukan saja Syamsuddin,   tingkat dalam martabat “kehakikian”nya
 dengan jelas membeda-bedakan taraf   hal ini, memang ternyata, Syamsuddin   bahkan juga ar-Raniri, dan teks-teks   juga terpantul dalam berbagai teks
 realitas dalam sistemnya, namun   as-Sumatrani lebih menonjol. Ia lebih   tanpa nama pengarang, telah membuat   keagamaan yang konon ditulis oleh
 relativisme antara perwujudan “jahat”   seorang guru, daripada seseorang   berbagai syarah atas kitab yang sangat   ulama legendaris dari Jawa Barat, Syekh
 dan “baik” sering pula tak teratasi.   pencari yang gelisah. Dalam tulisan-  dipengaruhi oleh Ibn al-Arabi dan al-Jili   Haji Abdul Rauf, yang konon adalah
                                                                              99
 Barangkali relativisme ini pula yang   tulisannya ia selalu mengingatkan   ini. 97  murid dari Syekh al Singkeli. Malah,
 memikat bagi para penulis suluk Jawa.   bahwa hal-hal esoterik tentang   Dalam sebuah teks, yang mungkin   juga dengan gaya yang lebih liteter
 “Baik” dan “jahat” menjadi terlebur   Ketuhanan hanyalah bisa dipahami   ditulis oleh seorang murid Syamsuddin   dan canggih, dan dengan istilah
 dalam konsep kesemestaan yang abadi   oleh mereka yang telah terdidik.   as-Sumatrani,  dikatakan bahwa   yang berbeda-beda, ajaran ini juga
                         98
 dan tunggal.  Untuk mencapai taraf ini seseorang   sebelum ada apa-apa, maka yang ada   menampilkan dirinya dalam Wirid
 memerlukan guru yang sempurna,                     Hidayat Jati yang ditulis oleh pujangga-
 Karena Hamzah Fansuri dianggap   sebab:  hanyalah Haq. Dari konsep keesaan yang   kraton Surakarta sangat terkenal,
 sebagai contoh dari pemikiran sufi yang   total dan utuh inilah mengalir “martabat   Ranggawarsita. 100
 radikal, maka corak reformistis dari   “rahasia ini terlalu sukar, jikalau tiada   wahdat”, “artinya yang punya esa”.
 tulisan-tulisannya sering terabaikan. Di   dengan isyarat guru yang kamil dan   Setelah itu, “martabat wahdiat” “artinya   Salah satu hal yang menarik dan
 samping seruannya yang estetik kepada   jika tiada murid yang bijaksana, tiada   yang esa”. Dari sinilah secara berturut-  sekali gus kontroversial ialah usaha
 ummat agar jangan pernah melupakan   akan diperoleh, karena jikalau dengan   turut merenungi, “alam arwah”, “alam   Ranggawarsita untuk menuangkan
 etik Islam dan ajaran Nabi dan al-Qur’an,   hawa nafsu sahaja menjadi mazhab kafir   mithah”, “alam ajsam”, dan akhirnya   konsep-konsep ajaran sufistik ini
 ia juga mengecam praktek meditasi yang   zindik ia. Itulah ia, demi Allah, jangan   “alam insan”. Dengan memakai kategori   ke dalam alam pikiran Jawa. Maka



 246  Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik   Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik   247
   254   255   256   257   258   259   260   261   262   263   264