Page 257 - Final Sejarah Islam Asia Tenggara Masa Klasik
P. 257

Aho segala kita umat nabi    Allah, neschaya diperolehnya nisbat   ini telah terselesaikan, maka leburlah   dan “laut” telah mulai dibedakan,
 akan ma’rifat Allah yogya diketahui   daripada Allah dan dikenalnya jalan   semuanya ke dalam keesaan. Hamzah   kemudian terwujud dalam jiwa yang
 karena ma’rifat itu pada sekalian wali   keesaannya dengan Allah S.W.T. seperti   memang mistikus yang radikal. Dalam   telah dibeda-bedakan (manusia, hewan,
 mulianya terlalu sangat qaw 86  firman Allah Ta’ala: wa fi anfusikum   kitabnya, Sharab al-Asyikin, ia juga   dan tumbuhan), untuk akhirnya, pada

 Apakah makna dari ma’rifat Allah   a fa la tubsiruna, artinya: Dalam   menegaskan,”seperkara lagi seketika   tahap keempat dan kelima, menjadi
 itu sesungguhnya? Maka, salah satu   diri kamu jua, maka ngapa kamu tiada   ia memandang di luar dirinya,barang   kenyataan natural dari alam. Tetapi
 perdebatan yang paling terkenal   melihat Dia 88  dilihatnya dirinya. Jika dilihatnya   kesemuanya itu adalah atas iradah Allah,
 dalam dunia mistik Islam pun tak   Tetapi inilah hal yang menjadi masalah.   barang dipandangnya, dirinya juga   bukan terjadi begitu saja.
 terhindarkan. Inilah pula sebenarnya   Apakah dengan mengenal ilmu Allah   dipandangnya, kerana, pada ahli hakikat   Dalam tulisan-tulisannya, Hamzah
 yang merupakan aspek-aspek esoterik   itu sesungguhnya “dikenalnya jalan   alam dengan dirinya esa juga, tiada   dengan sadar membedakan para ulama
 dalam pemikiran sufi. Para sufi pun   keesaannya dengan Allah”? Atau,   dua tiga. Apabila alam sekalian dengan   syariah, yang melihat apa yang pada
 lebih banyak memakai alegori dan   apakah situasi gnosis atau ma’rifat   dirinya esa, nescaya barang dilihatnya,   pandangan luar kelihatan, dengan
            dirinya juga dilihatnya seperti sabda
 perumpamaan dalam menyatakan   adalah sesungguhnya tercapai   ahli suluk, yang mencari hakekat yang
 “ma’rifat Allah” Dalam, melukiskan   kesatuan wujud dengan Allah? Dalam   Rasullullah s.a.w. ra’aitu rabbi biaini   sesungguhnya dari realitas. Ahli suluk
 corak hubungannya dengan Allah,   syair-syairnya Hamzah melukiskan   rabbi, yakni kulihat Tuhanku dengan   adalah orang “yang tiada lupa akan
                             90
 Hamzah bisa memakai “laut”  untuk   dirinya sebagai seorang “pengelana”   rakhmat Tuhanku”  Bagi Hamzah   dirinya, karena sabda Rasullullah: Man
 87
 mengatakan suasana “persemayaman”   yang mencari Allah tanpa henti. Ia   hubungan antara Tuhan dengan alam   a’rafa nafsahu faqad a‘rafa rabbahu, yakni
 tempat Allah dan dunia “bertemu” atau,   miskin, tetapi kaya dalam pencarian,   adalah sebuah metafor belaka, sebab   barang siapa mengenal dirinya maka
 kadang-kadang melukiskan dirinya   Ia gelisah, tanpa henti “dengan nafsu   hanya Tuhan yang betul-betul ada—alam   bahwasanya mengenal Tuhannya”. 92
 sebagai burung yang memerdekakan diri   diri lawan berperang”, tetapi akhirnya   adalah pantulan dari keberadaanNya.   Dalam konteks inilah ia terutama
 dari ikatan keduniaan.  Tidak ubahnya seperti, “laut tiada
 ia “sampailah kaya/pada kedua alam   bercerai dengan ombaknya, ombak tiada   memperlihatkan pula betapa relatifnya
 Seperti telah disinggung di atas,   menjadi raja”. Karena itu, “Hamzah nin   bercerai dengan laut.” 91  segala perbedaan realitas, jika semua
 Hamzah dan mistikus lain, bermula dari   jangan kau cahari Bangsanya bukan   telah dikembalikan kepada asalnya—
 patokan hadith yang menyatakan bahwa   insani Rupanya sungguh pun fani   Dengan gambaran puitis, Hamzah   Zat yang tertinggi. Zat inilah yang
 mengenal diri sendiri adalah pangkal   Wasilnya da’im dengan haqqani 89  membandingkan keberadaan esensi   mempunyai iradah dan kekuasaan untuk
 untuk mengenal Allah. Dalam salah satu   Meskipun wujud dirinya, sebagai   Tuhan, dengan laut, yang tanpa batas,   mewujudkan segala realitas, dengan
 teks, yang. membahas syair Hamzah,   la ta’ayun, sebab, katanya “budi dan   “lain fayakun”—“terjadilah”, maka semua
 dikatakan bahwa,  manusia hanyalah fana, tetapi ia   bichara, ilmu dan ma’rifat kita tiada lulus   pun memisahkan diri. Dalam kosmogoni
 sesungguhnya telah bersatu dalam   padaNya”. Tetapi laut yang tanpa batas   Hamzah, pemisah diri itu dilakukan
 “Apabila dikenal dirinya, bahwa ia   situasi Haq yang abadi. Akhirnya   ini mengaktualkan dirinya melalui lima   melalui perantaraan nur Muhammad.
 ma’lum Allah itu, maka ma’lum Allah   agama, din, menunjukkan adanya   tingkat, yang bermula dari a’ayyun awal
 itu netiasa wasil dengan ilmu, dan ilmu   utang, yang harus dibayar dalam   (terdiri atas ilmu, wujud, shuhud, dan nur)   Dalam konsep kesemestaan sebagai
 Allah itu netiasa wasil dengan wujud   kehidupan seorang “anak dagang”. Jika   melalui nurMuhammad ketika “ombak”   pantulan dari Zat yang hakiki itu,



 244  Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik   Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik   245
   252   253   254   255   256   257   258   259   260   261   262