Page 261 - Final Sejarah Islam Asia Tenggara Masa Klasik
P. 261

ahadiyat dalam “martabat tujuh” yang   di istana, atau boleh jadi juga semua   terburu-buru meninggalkan Aceh.   yang betul-betul bersifat serangan frontal
 juga disebutnya sajaratul-yakin adalah   ini adalah pantulan keterkejutannya   Kedudukannya di istana, menurut   terhadap golongan Syamsuddin, ialah
 hakikat manusia yang disebut atma;   melihat betapa ajaran esoteris telah   sebuah laporan Belanda, digantikan oleh   kitabnya, Tibyan fi ma’rifati al-adyan, yang
 nur Muhammad yang merupakan   sedemikian meluas di kalangan   ulama Iain. 107  menurut al-Attas, ditulis antara tahun
 martabat wahdat, yang terletak di bawah   masyarakat yang tidak terlatih baik,   1641 dan 1644—“maka tatkala zahirlah
 ahadiyat, adalah manawa. Dan begitulah   dan mungkin juga hal ini adalah pula   Dalam Hujjat as-Siddiq li-Daf’i az-Zindiq,   qaum wujudiyah yang zindiq mulhid
            ar-Raniri mengatakan bahwa ajaran
 seterusnya. Mungkin pendapat yang   contoh, seperti disinyalir Drewes,    Hamzah termasuk golongan yang mulhid   lagi sesat daripada murid Shamsu’I-Din
 104
 mengatakan bahwa Ranggawarsita,   betapa perdebatan yang terjadi di dunia   dan zindik, salah dan terkutuk. “Kata   al-Sumatrani yang sesat... dan sifat’ul
 seperti kakeknya (Yosodipuro I dan II),   Islam lain (India) terpantul juga di bumi   qulub 111
 berusaha mempertemukan tradisi dan   Nusantara. Tetapi sikap yang tidak   wujudiyah yang mulhid bahwa wujud   Serangan ar-Raniri terhadap ajaran
            itu esa; ia itulah wujud Allah—maka
 ilmu kejawen dengan unsur agama Islam   toleran yang diperlihatkan ar-Raniri—  alam itu Allah dan Allah itu alam—  Hamzah Fansuri dan Syamsuddin as-
 benar juga. 101  yaitu membakar buku-buku Hamzah
 dan Syamsuddin serta mengejar para   Inilah perkataan dan i’tiqad kafir yang   Sumatrani tidak berhasil menghilangkan
 Perkembangan ortodoksi tidaklah   pengikut mereka—sampai menyebabkan   nyata”. Ajaran ini juga disamakan ar-  pengaruh pemikiran sufistik yang
 menghapuskan ajaran ini. Seorang   Mulla Ibrahim (dari Medina) menulis   Raniri dengan ajaran Nasara, “katanya   mereka wakili. Memang, inilah
 ulama besar abad ke-19 di Patani, Syekh   fatwa yang mencerca gaya keras yang   Nabi Isa itulah Allah” Selanjutnya,   juga salah satu aspek dalam sejarah
 Abdul Kadir Abdul Rahim Patani,   diperlihatkan ar-Raniri.  Apalagi   ia mengatakan, “maka barang siapa   pemikiran keagamaan—keberhasilan
 105
 adalah contoh yang jelas. Meskipun   perdebatan sesungguhnya tidak   hendak menta’wilkan Allah itu alam   corak pemikiran baru tidaklah berarti
 dalam tulisannya ia membuat rujukan   terjadi, karena ar-Raniri menyerang   dan alam itu Allah... dan lagi katanya   terkikisnya corak pemikiran lama. Tidak
 kepada Nuruddin ar-Raniri, tetapi ia   ajaran wujudiyah ketika Hamzah dan   insan itu Allah... makasanya ialah   jarang bahwa aliran pemikiran yang
 menulis dalam suasana “martabat”. 102  Syamsuddin telah tiada. 106  mendustakan Haqq Ta’ala dan Rasulnya,   “baru” lebih merupakan intermezzo
            dan membenarkan i’tiqad Yahudi dan      ketika “yang lama” belum sampai
 Pada tahun 1637 Nuruddin ar-Raniri    Sikap intoleran yang keras dan   Nasara”.  Wujudiyah yang benar, yang   pada puncak perkembangannya. Dan,
 103
                    108
 mendarat di Aceh dan segera menjadi   didampingi pula oleh ketergantungan   muwahid, “bahwa wujud Allah itu esa   pengaruh ar-Raniri dalam dunia
 ulama kepercayaan Sultan Iskandar   yang sangat kuat kepada kekuasaan   jua, tiada terbilang dan berhad, tiada   pemikiran Islam di Nusantara lebih
 Thani (1636–1641). Dan, segera pula ia   Sultan, ternyata bukanlah hal yang   bersegala dan setengah, tiada berhimpun   berarti setelah proses ortodoksi makin
 menyerang ajaran sufistik yang telah   menguntungkan bagi usaha gerakan   dan bersuku-suku, tiada khas, dan amm,   kuat. Menurut pengakuan Syekh Ismail
 dikembangkan oleh Hamzah Fansuri   ortodoksi yang dimulai ar-Raniri. Tak   tiada jawhar dan jisim... serta demikian   al-Banjari ia memakai kitab Sirat al-
 dan Syamsuddin as-Sumatrani. Ia   lama setelah sultan mangkat, maka   ada dijadikannya segala perkara yang   Mustaqim untuk menulis bukunya
 menuduh ajaran mereka sebagai contoh   serangan balik pun dijalankan oleh   tersebut itu”.  Kutukan yang Iebih   tentang fiqh. Tetapi ini terjadi di akhir
                        109
 dari wujudiyah dhalalah yang sesat “yang   para ulama lain. Sedangkan Sultanah   keras ditulis ar-Raniri dalam naskah   abad Hampir dua dasawarsa telah
 mulhid” dan “zindik”. Barangkali   Tajul-alam (1641-1675) merasa tidak   yang ditulisnya setelah ia kembali ke   berTalu, setelah kepergian ar-Raniri
 serangan gencar ar-Raniri adalah   berkepentingan untuk membela   India Al-Fath al-Mubin a’la al-Mulhidin   yang tergesa-gesa, ketika Syekh Abdur
 bagian dari usahanya berebut pengaruh   ar-Raniri. Maka, ar-Raniri pun   (1657 M/1068 H), tetapi karya ar-Raniri   Rauf al-Singkili pulang kembali ke Aceh
                          110


 248  Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik   Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik   249
   256   257   258   259   260   261   262   263   264   265   266