Page 266 - Final Sejarah Islam Asia Tenggara Masa Klasik
P. 266

Teks yang dikenal sebagai “Kropak       kelompok-kelompok sosial yang                               dan lain daripada itu seperti segala   telah dikurniai Allah “kerajaan”, dan
            Ferrara”,sesuai dengan perpustakaan     masih kafir. Strategi dasar itu ialah                       sungai juga umpamanya. Jikalau mata    “kebesaran”. Karena itulah tugas mereka
            tempat teks ini disimpan (Ferrara,      menjadikan agar secara bertahap, tanpa                      air itu suci dan segala sungai itu keruh   yang utama ialah menjaga kesucian
            Italia), yang berasal dari akhir abad   paksaan, kelompok kafir itu akhirnya                        tiada mengapa. Tetapi jika mata air itu   kepercayaan yang telah diberikan Allah
            ke-16, seperti diungkapkan Drewes,      meninggalkan agama mereka.                                  keruh dan segala sungai itu suci tiada   itu.
                                            125
            memperlihatkan suasana pantai Utara,    Meskipun mereka dibolehkan dengan                           berguna”. 126
            yang masih merupakan “masyarakat        bebas menjalankan agama mereka,                             Tentu saja situasi yang ideal ialah    Karena adil adalah awal dan Iandasan
            campuran”. Maka bisalah dipahami juga   tetapi, menurut nasehat Tajus-                              ketika “mata air” dan “sungai” sama-   dari segala-galanya, maka baik raja
            kalau teks ini membuat batas yang jelas   Salatin orang kafir jangan dibiarkan                      sama suci. Dan, Tajus-Salatin adalah   atau pun para pembantunya, haruslah
            yang membedakan perilaku Islam dan      membangun rumah-rumah ibadat                                teks untuk keperluan ini—“kitab inilah   memenuhi beberapa syarat. Raja
            Hindu. Maka.tidaklah mengherankan       mereka yang baru. Hal ini bisa dipahami.                    tanda kurnia Allah Ta’ala padanya akan   semestinya “akil balig”, “berilmu”,
            kalau salah satu “program politik” yang   Sebab teks ini sebenarnya bertolak dari                   kebajikan dunia dan akhirat”.          “baik rupanya”, “murah” (dermawan),
            terpantul dari salah satu teks tertua   pemikiran bahwa negara yang ideal                                                                  tahu berterima kasih, “berani”, harus
            ini ialah sesungguhnya perluasan        adalah suatu suasana yang merupakan                         Dari awal sampai akhir kelihatan sekali   selalu awas (dengan “mengurang
            masyarakat Islam. Dengan kata lain,     kesatuan dan keharmonisan yang utuh                         bahwa bagi Tajus-Salatin kesatuan      makan dan tidur”), tidak akrab dengan
            teks ini adalah ajakan untuk menguasai   antara “mahluk” dan “al-Khalik”, antara                    ke-ilahian dalam konteks kekuasaan     perempuan, dan haruslah “laki-laki,
            sistim sosial, melalui perubahan pola   “rakyat” dan segala “orang besar”                           berkisar pada keharusan terciptanya    karena perempuan itu kurang budinya”.
            perilaku—dari yang kafir menjadi yang   dengan raja. Kalau demikian, apakah                         suasana yang adil. Dan raja adalah     Hal yang terakhir ini dijelaskan panjang
            Islami. Tidak demikian halnya dengan    sesungguhnya yang ingin disampaikan                         unsur utama yang harus menjamin        lebar, namun teks ini memberi jalan
            Tajus Salatin. Teks ini ditulis dalam   oleh teks yang terkenal ini? Meskipun                       terciptanya suasana ini. “Mata air”,   pemecahan. Jika sekiranya terpaksa,
            konteks historis ketika kekuasaan       berbicara berbagai hal, jelas juga bahwa                    dengan memakai perumpamaan             karena tidak adanya ahli waris
            telah berada di tangan penguasa Islam.   yang menjadi sasaran utama dari Tajus-                     Sheikh Shaqiq di atas, haruslah yang   laki- laki yang bisa disetujui, maka
            Teks ini muncul di saat situasi kafir   Salatin sesuai sekali dengan judulnya                       memulai semuanya. Sebab ia adalah      perempuan juga bisa dijadikan raja,
            telah ditinggalkan dan homogenitas      dalam bahasa Melayu, yaitu Mahkota                          Sultan Khalifatu’r rahman dan juga Sultan   “daripada kesukaan segala hamba
            keagamaan telah meninggalkan            Segala Raja-Raja.                                           Zillullahi fil alam. Kalau tidak demikian,   Allah supaya jangan jadi fitnah pada
            suasana yang pluralistik. Maka,                                                                     “maka raja itulah bayang-bayang iblis   antara segala orang dan binasa segala
                                                                                                                                                              127
            dalam menghadapi situasi hipotetis      Dalam salah satu kisah yang dikutib                         dan khalifah setan seteru Allah Ta’ala   rakyat”. Dengan kata lain, sejalan
            tentang keberlanjutan pluralisme atau   teks ini, diceritakan bahwa Sultan Harun                    jua adanya”. Tetapi betapapun kuasanya   dengan alur pemikiran klasik politik
                                                    al-Rasyid dengan terharu membenarkan
            “masyarakat campuran”, Tajus Salatin    ucapan Sheikh Shaqiq Zahid,                                 dan adilnya seorang raja, namun para   Sunni, adanya sebuah kekuasaan
            cenderung untuk menganjurkan                                                                        menteri, pegawai dan hulubalang yaitu   adalah suatu keharusan yang tak bisa
            pemakaian mekanisme kekuasaan.          “Ya, Amirul-mukminin. Ketahuilah                            “sungai-sungai”, menurut metafora sang   ditawar. Anarki—ketika “fitnah” bisa
            Pasal 21, adalah uraian tentang strategi   olehmu bahwa yang mata air itu engkau                    Sheikh, haruslah selalu ingat bahwa raja   bersimaharaja-lela—adalah situasi yang
            yang harus dipakai untuk menghadapi     juga dan segala menteri dan hulubalang                      tak lebih daripada “hamba Allah”, yang   harus dielakkan.



         254    Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik                                                                                           Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik   255
   261   262   263   264   265   266   267   268   269   270   271