Page 267 - Final Sejarah Islam Asia Tenggara Masa Klasik
P. 267
Teks yang dikenal sebagai “Kropak kelompok-kelompok sosial yang dan lain daripada itu seperti segala telah dikurniai Allah “kerajaan”, dan
Ferrara”,sesuai dengan perpustakaan masih kafir. Strategi dasar itu ialah sungai juga umpamanya. Jikalau mata “kebesaran”. Karena itulah tugas mereka
tempat teks ini disimpan (Ferrara, menjadikan agar secara bertahap, tanpa air itu suci dan segala sungai itu keruh yang utama ialah menjaga kesucian
Italia), yang berasal dari akhir abad paksaan, kelompok kafir itu akhirnya tiada mengapa. Tetapi jika mata air itu kepercayaan yang telah diberikan Allah
ke-16, seperti diungkapkan Drewes, meninggalkan agama mereka. keruh dan segala sungai itu suci tiada itu.
125
memperlihatkan suasana pantai Utara, Meskipun mereka dibolehkan dengan berguna”. 126
yang masih merupakan “masyarakat bebas menjalankan agama mereka, Tentu saja situasi yang ideal ialah Karena adil adalah awal dan Iandasan
campuran”. Maka bisalah dipahami juga tetapi, menurut nasehat Tajus- ketika “mata air” dan “sungai” sama- dari segala-galanya, maka baik raja
kalau teks ini membuat batas yang jelas Salatin orang kafir jangan dibiarkan sama suci. Dan, Tajus-Salatin adalah atau pun para pembantunya, haruslah
yang membedakan perilaku Islam dan membangun rumah-rumah ibadat teks untuk keperluan ini—“kitab inilah memenuhi beberapa syarat. Raja
Hindu. Maka.tidaklah mengherankan mereka yang baru. Hal ini bisa dipahami. tanda kurnia Allah Ta’ala padanya akan semestinya “akil balig”, “berilmu”,
kalau salah satu “program politik” yang Sebab teks ini sebenarnya bertolak dari kebajikan dunia dan akhirat”. “baik rupanya”, “murah” (dermawan),
terpantul dari salah satu teks tertua pemikiran bahwa negara yang ideal tahu berterima kasih, “berani”, harus
ini ialah sesungguhnya perluasan adalah suatu suasana yang merupakan Dari awal sampai akhir kelihatan sekali selalu awas (dengan “mengurang
masyarakat Islam. Dengan kata lain, kesatuan dan keharmonisan yang utuh bahwa bagi Tajus-Salatin kesatuan makan dan tidur”), tidak akrab dengan
teks ini adalah ajakan untuk menguasai antara “mahluk” dan “al-Khalik”, antara ke-ilahian dalam konteks kekuasaan perempuan, dan haruslah “laki-laki,
sistim sosial, melalui perubahan pola “rakyat” dan segala “orang besar” berkisar pada keharusan terciptanya karena perempuan itu kurang budinya”.
perilaku—dari yang kafir menjadi yang dengan raja. Kalau demikian, apakah suasana yang adil. Dan raja adalah Hal yang terakhir ini dijelaskan panjang
Islami. Tidak demikian halnya dengan sesungguhnya yang ingin disampaikan unsur utama yang harus menjamin lebar, namun teks ini memberi jalan
Tajus Salatin. Teks ini ditulis dalam oleh teks yang terkenal ini? Meskipun terciptanya suasana ini. “Mata air”, pemecahan. Jika sekiranya terpaksa,
konteks historis ketika kekuasaan berbicara berbagai hal, jelas juga bahwa dengan memakai perumpamaan karena tidak adanya ahli waris
telah berada di tangan penguasa Islam. yang menjadi sasaran utama dari Tajus- Sheikh Shaqiq di atas, haruslah yang laki- laki yang bisa disetujui, maka
Teks ini muncul di saat situasi kafir Salatin sesuai sekali dengan judulnya memulai semuanya. Sebab ia adalah perempuan juga bisa dijadikan raja,
telah ditinggalkan dan homogenitas dalam bahasa Melayu, yaitu Mahkota Sultan Khalifatu’r rahman dan juga Sultan “daripada kesukaan segala hamba
keagamaan telah meninggalkan Segala Raja-Raja. Zillullahi fil alam. Kalau tidak demikian, Allah supaya jangan jadi fitnah pada
suasana yang pluralistik. Maka, “maka raja itulah bayang-bayang iblis antara segala orang dan binasa segala
127
dalam menghadapi situasi hipotetis Dalam salah satu kisah yang dikutib dan khalifah setan seteru Allah Ta’ala rakyat”. Dengan kata lain, sejalan
tentang keberlanjutan pluralisme atau teks ini, diceritakan bahwa Sultan Harun jua adanya”. Tetapi betapapun kuasanya dengan alur pemikiran klasik politik
al-Rasyid dengan terharu membenarkan
“masyarakat campuran”, Tajus Salatin ucapan Sheikh Shaqiq Zahid, dan adilnya seorang raja, namun para Sunni, adanya sebuah kekuasaan
cenderung untuk menganjurkan menteri, pegawai dan hulubalang yaitu adalah suatu keharusan yang tak bisa
pemakaian mekanisme kekuasaan. “Ya, Amirul-mukminin. Ketahuilah “sungai-sungai”, menurut metafora sang ditawar. Anarki—ketika “fitnah” bisa
Pasal 21, adalah uraian tentang strategi olehmu bahwa yang mata air itu engkau Sheikh, haruslah selalu ingat bahwa raja bersimaharaja-lela—adalah situasi yang
yang harus dipakai untuk menghadapi juga dan segala menteri dan hulubalang tak lebih daripada “hamba Allah”, yang harus dielakkan.
254 Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik 255

