Page 268 - Final Sejarah Islam Asia Tenggara Masa Klasik
P. 268

Tetapi apakah yang adil itu? Dengan     disanggah”. Tetapi dengan begini hal                        jahil, dan kafir”. Maka Tajus-Salatin pun   memberikan ilustrasi dari sejarah. Nabi
            mengutip sumber-sumbernya Tajus-        lain pun muncul. Apakah sanggahan                           menjawab pertanyaan hipotetis yang     Musa dengan umatnya meninggalkan
            Salatin membenarkan bahwa “Yang         ini harus diwjudkan dalam sikap yang                        diajukannya itu.                       Mesir, yang dikuasai oleh Fir’aun, yang
            adil itu kemuliaan agama juga dan       “durhaka” atau melawan kekuasaan                                                                   zalim. Ia tidak mengajak umatnya
            buat Sultan juga dan kebajikan sekalian   yang secara moral sudah tidak lagi sah                    Jawab: Yang kami ikuti raja-raja yang adil   melawan. Dalam pelarian untuk
                                                                                                                melakukan hukum Allah itu dua perkara.
            manusia juga”. Jadi, keadilan itu bukan   itu ? Apakah “hilang daulat” adalah                       Pertama, kami ikut perkataannya, kedua   mengelakkan kezaliman itu Nabi Musa
            saja sesuatu yang secara religius       hasil tindakan rakyat yang mendurhakai                      kami ikut segala kerjanya. Adapun segala   dan umatnya dikejar oleh Fir’aun dengan
            diharuskan dan bagi kemanusiaan         sang penguasa yang zalim, ataukah                           raja-raja yang salah itu kami ikut katanya   balatentaranya. Allah menyelematkan
            sangat diperlukan, tetapi juga          hilangnya legitimasi itu adalah                             dalam takhta kerajaannya dan tiada kami   Musa dan umatnya—dengan mukzijat
            bermanfaat bagi peneguhan kekuasaan     sesungguhnya hukuman Allah ?                                ikut kerjanya yang salah itu.          yang dipunyainya Musa dapat
            sultan. Karena sesungguhnya bagi                                                                                                           menyeberangi lautan. Tetapi Allah
            kekuasaan “pekerjaan adil itu adalah    Teks teori politik ini—perlu juga                           Soal: Adapun raja yang salah itu harus   menghukum Fir’aun. Ia dan tentaranya
            suatu hikmat daripada Allah”. Dan kisah   dicacat—dihasilkan atau dirumuskan di                     kita menyangkal segala katanya dan     tenggelam di laut.
            pun dipakai untuk mengatakan bahwa      kesultanan Aceh, ketika masih belum                         kerjanya, maka betapa kami ikut katanya
            selain perbuatan adil dari penguasa—    terbebas dari dari krisis kekuasaan.                        itu,                                   Kisah ini memang berasal dari Kitab
            seperti mengulang hal yang telah pernah   Aceh-Darusaalam di zaman kelahiran                        Jawab: Maka kami ikut katanya itu      Suci. Tetapi mengapa kisah ini yang
            juga dikatakan oleh al Ghazali—sama     Tajus-Salatin, seperti pernah dikisahkan                    karena menolakkan fitnah dan pasad     dipakai sebagai alat untuk menjawab
            pahalanya dengan enam puluh kali        oleh ar-Raniri dalam Bustanus-salatin,                      dalam negeri jua, jikalau karena bukan   situasi yang hipotetis tentang raja
            naik haji. Atau, dengan mengutip        adalah kerajaan yang seperti tak                            kesukaran, tiadalah harus kami ikut    yang zalim ? Dengan pemakaian
            sumber lain, “sehari juga terlebih pahala   bosan-bosannya mengalami peristiwa                      katanya dan kerjanya, dan melihat      kisah ini yang dipakai oleh teks ini
            daripada enam puluh tahun sembahyang    pembunuhan dan pemakzulan raja,                             mukanya pun tiada harus, karena raja   sebagai ilustrasi dalam usahanya
            adanya dan adalah pada hari kiamat      yang dilakukan oleh kaum bangsawan.  ;                      salah berpaling pada hukum Allah Ta’ala,   untuk menerangkan dilema etis antara
            beroleh naungan arash Allah akan        Jadi situasi kesejarahan memang                             maka yang berpaling daripada hukum     keharusan keadilan dengan durhaka,
            naungan raja adil itu”.                 menunjukkan betapa “adil” dan                               Allah dan menyangkal syariat itu seteru   maka kesimpulan yang bisa ditarik
                                                    “durhaka” adalah problematik sosial-                                                               ialah bahwa yang menghilangkan
            Keabsahan kekuasaan atau daulat bagi    politik yang ril. Dalam kenyataannya                        Allah Ta’ala dan seteru Rasul Allah.   “daulat” raja, yang zalim itu, bukanlah
            Tajus-Salatin tergantung pada keterikatan   sering juga terjadi, seperti dikisahkan                 Maka haruslah kami berseteru dengan    rakyat yang telah dizalimi, tetapi Allah.
                                                                                                                                   128
            kekuasaan itu pada konsep keadilan.     pula oleh teks ini, tampilnya raja yang                     seteru Allah Ta’ala itu                Dengan penyerahan pemecahan dari
            Tanpa keadilan, maka sesungguhnya       tidak adil dan bahkan tidak pula                            Jika harus bermusuhan dengan musuh     masalah dilematis pada keputusan
            keabasahan juga hilang. Secara tegas teks   mengikuti perintah Allah dan Rasul.                     Allah apakah ini artinya raja, yang    yang transendental, jelaslah pula bahwa
            ini mengatakan, “hilang daulat daripada   Apakah raja yang seperti harus selalu                     zalim itu harus dilawan? Apakah sah    pada akhirnya Tajus-Salatin merupakan
            sebab aniaya”. Dalam tradisi Melayu     juga dipatuhi? Bukankah hal ini,                            pemberontakan terhadap kekuasaan       kelanjutan dari tradisi politik Sunni
            kemudian akan dikenal ungkapan “Raja    tanya teks ini secara hipotetis, berarti                    yang sah, tetapi zalim. Teks ini tak   yang mulai berkembang sejak zaman
            adil raja disembah, raja tak adil raja   mengikuti raja yang “durhaka, dan                          melanjutkan masalah hipotetisnya, tetapi   khalifah—mematuhi pemerintahan yang



         256    Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik                                                                                           Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik   257
   263   264   265   266   267   268   269   270   271   272   273