Page 75 - SEMINAR PENDIDIKAN
P. 75
J. RETORIKA DONGENG UNTUK ANAK-ANAK
Setelah saya mendapat hadiah buku Mendongeng dengan Hati dari
penulisnya langsung, Ki Heru Cakra, Pendongeng Tunanetra, dan dalam waktu
yang bersamaan, mendapat hadiah juga dari mahasiswa bimbingan saya buku karya
Kak Bimo yang berjudul Mahir Mendongeng, maka saya menyadari ada yang luput
dari perhatian saya selama ini, yaitu tentang pengajaran teknik Retorika (public
speaking) di depan anak-anak. Uraian dalam bab ini bersumber dari dua buku yang
menurut saya amat bermutu karena berdasar keilmuan dan ribuan jam terbang yang
bersangkutan dalam mendongeng atau bercerita di depan anak.
Retorika untuk anak-anak harus dibedakan dengan Retorika di depan orang
dewasa. Anak-anak lebih menyukai dongeng atau cerita .yang lucu dan menarik.
Cerita adalah rangkaian peristiwa yang disampaikan kepada orang lain, baik
bersumber dari kejadian nyata atau tidak nyata (fiksi). Adapun dongeng selalu
bersumber dari kejadian tidak nyata (fiksi), seperti fabel (dongeng tentang hewan
dan benda mati), sage (dongeng tentang petualangan), hikayat (cerita rakyat),
legenda (cerita tentang asal-usul), mite (cerita tentang makhluk halus), epos (cerita
besar, misalnya, mahabarata, saur sepuh dan sebagai-nya) (Kak Bimo, 2011: 18).
Secara khusus, ada tiga macam cerita lisan rakyat, yaitu mite (tentang dewa
atau orang-orang suci yang betul-betul terjadi), legenda (sama dengan mite, tapi
tokohnya bukan orang suci dan belum lama terjadinya, dan dongeng (berisi
peristiwa yang bena-benar terjadi yang berfungsi untuk hiburan, ajaran, dan
sindiran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dongeng adalah cerita fiktif atau
nyata yang berisi pesan-pesan moral (Ki Heru Cakra, 2012: 14-18).
Ada beberapa unsur dalam penyajian cerita, yaitu narasi, dialog, ekspresi
(riang, galak, dan sebagainya), visualisasi ge-rak atau acting, ilustrasi suara (lazim
atau tak lazim), media atau alat peraga (Kak Bimo, 2011: 38).
David McClelland mengatakan, mengapa Inggris lebih ce-pat kemajuannya
daripada Spanyol, padahal pada abad ke-16, keduanya sama-sama negara besar dan
kaya. Ternyata, karena Inggris memiliki puisi, drama, Retorika, cerita anak-anak,
dan karya-karya sastra lainnya yang mendorong need for achievement (n-Ack),
yaitu rangsangan kuat untuk mencapai cita-cita, sedangkan Spanyol tidak
memilikinya. Di tengah masyarakat kita, tidak sedikit juga orang hebat yang
71