Page 131 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 131
Amir Syarifuddin dan pendukung-pendukungnya dari kelompok
Kiri kemudian mendirikan Front Demokrasi Rakyat (FDR) mencoba
memperoleh lebih banyak dukungan rakyat untuk mengimbangi
hilangnya kekuasaaan mereka dengan menganut program ekonomi dan
sosial yang lebih radikal daripada yang pernah ada selama revolusi.
Mereka menentang setiap kompromi dengan Belanda, mendorong
dilancarkannya pemogokan untuk menuntut keadaan yang lebih baik,
terutama di Delanggu dan Cepu; serta mendesak nasionalisasi
perusahaan-perusahaan dan membagi-bagi tanah (terutama tanah
bengkok) kepada mereka yang tidak tanah.
Sementara itu, tentara juga terpecah antara pihak yang
mendukung dan yang menentang rencana pemerintah untuk
membubabarkan kesatuan-kesatuan yang sukar diatur dan yang tidak
baik persenjataannya, terutama yang bersimpati dengan pihak oposisi.
Pertentangan antara golongan Kiri dan golongan Kanan, dan antara
kesatuan-kesatuan tentara yang bersaing, semakin jelas ketika para
pemimpin FDR, yang patah semangat karena kehilangan kekuasaaan
menerima baik politik radikal Jalan Baru yang dibawa Musso dari
Moskow pada Agustus 1948. Partaidalam FDR bergabung ke dalam
partai yang lebih besar dan lebih sgresif, yakni PKI. Di Yogyakarta dan
di Solo, Divisi Siliwangi membuat kedudukan pemerintah menjadi lebih
kuat, tetapi di daerah Madiun pasukan Pesindo dari golongan Kiri yang
lebih kuat. Ketika PKI mulai bertindak untuk memperkuat kedudukannya
di Madiun, konflik-konflik setempat meledak menjadi perang saudara
dalam wujud pemberontakan PKI pada September 1948.
Kematangan situasi yang dimanfaatkan Belanda untuk
menekan Republik tidak terlepas dari pemenfaatan pertentangan politik
yang tajam di tanahair antara golongan pro dan yang anti persetujuan
Renville, Kebijakan Rekonstruksi dan rasionalisasi Angkatan perang (Re-
Ra) 15 dan pembentukan negara Indonesia serikat yang kemudian
mencapai puncak situasi dengan meletusnya pemberontakan PKI di
Madiun pada September 1948 telah digunakan pihak Belanda dalam
menyusun kekuatan untuk menyerbu RI. Pada 19 Desember 1948 pukul
06.00 pagi, Belanda mulai melancarkan serangan menyerbu daerah RI.
Melalui operasi lintas udara, pasukan baret hijau Belanda diterjunkan di
pinggir kota Yogyakarta. Dalam waktu singkat, pangkalan udara
Maguwo telah dikuasai sepenuhnya oleh tentara Belanda. Di daerah-
daerah lain pasukan Belanda bergerak melintasi semua garis demarkasi
119