Page 133 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 133

rakyat  Indonesia,  khususnya  rakyat  Sumatra,  dan  masih  ada  rakyat  di
                Jawa  meski  sebagian  besar  daerahnya  diduduki  Belanda.  Walaupun
                demikian, rakyat di Jawa masih tetap setia pada RI yang dipelopori Sri
                Sultan  Hamengkubuwono  IX  (HB  IX).  Jadi,  walaupun  daerahnya  telah
                diduduki  Belanda,  Yogyakarta  secara  moril  tetap  Republik  Indonesia
                yang dipimpin oleh Sri Sultan HB  IX.
                        PDRI memimpin dan mengkoordinir perjuangan di Sumatra dan
                di  Jawa.  Kedudukannya  pun  selalu  berpindah-pindah,  yakni  semula  di
                Badar  Alam,  sebuah  kampung  di  selatan  Sumatra  Barat,  kemudian
                pindah  lagi  ke  utara  hingga  di  Kota  Tinggi.  Di  Jawa,  PDRI  mengangkat
                Dewan Komisaris Pemerintah Pusat, di samping itu PDRI juga melakukan
                hubungan  dengan  luar  negeri  untuk  memberi  data-data  tentang
                keadaan perjuangan di dalam negeri guna memperjuangkan nasib RI di
                PBB  melalui  Mr.  Maramis  yang  diangkat  sebagai  Menteri  Luar  Negeri
                PDRI.  Selain  itu,  perlawanan  PDRI  telah  memberikan  arti  pula  bagi
                terselenggaranya pembicaraan antara Roem-Van Royen yang kemudian
                mencapai  understanding  kedua  belah  pihak  hingga  melahirkan
                agreement,  yakni  pengembalian  pemerintah  RI  ke  Yogyakarta  pada  6
                Juli  1949. 17   Peristiwa  ini  ditandai  kembalinya  Presiden  Sukarno  dan
                Wakil  Presiden  Mohamad  Hatta  ke  Yogya  yang  dirayakan  dengan
                khidmat. Hal tersebut sekaligus merupakan kemenangan simbolis yang
                ditetapkan sebelumnya  dalam resolusi Dewan Keamanan pada Januari
                sebelumnya.

                        Setelah  para  pemimpin  RI  berkumpul  kembali  di  Yogyakarta,
                pada tanggal 13 Juli 1949, pukul 20.00 diselenggarakan sidang  kabinet
                RI  pertama.  Pada  kesempatan  itu,  Mr  Sjarifuddin  mengembalikan
                mandatnya  kepada  Wakil  Presiden  Mohamad  Hatta.  Menurut  Mr.
                Sjafruddin  bahwa  dengan  kembalinya  pemerintah  RI  ke  Yogyakarta,
                bagi  PDRI  tidak  ada  alasan  lagi  untuk  menjalankan  kewajibannya
                sebagai  emergency  government.  Atas  dasar  alasan  tersebut,  Mr
                Sjafruddin merasa wajib mengembalikan mandat kepada pemerinta RI.
                Selanjutnya  dalam  kabinet  baru,  Mr  Sjafruddin  diangkat  sebagi  Wakil
                Perdana  Menteri  II  yang  berkedudukan  di  Banda  Aceh  sebagai  goal
                keeper  untuk  melanjutkan  perjuangan  di  tempat  tersebut,  bila
                perundingan Belanda dan RI gagal. Sedangkan Wakil Perdana Menteri I
                dijabat Sri Sultan HB IX yang bertempat di Yogyakarta. 18







                                                                                 121
   128   129   130   131   132   133   134   135   136   137   138