Page 138 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 138
Pengayaan Materi Sejarah
sangat parah karena itu dibutuhkan obat-obatan dan makanan. Ia
menekankan bahwa tidak ada jalan lain keculai berunding dengan
Sukarno. 20
Sesungguhnya, pada awalnya Lord Mountbatten pun
menganggap bahwa dengan sendirinya kekuasaan Hindia Belanda harus
dipulihkan kembali. Apalagi setelah tercapai kesepakatan antara
pemerintah Inggris dan Belanda pada 24 Agustus 19 South East Asia
Command (SEAC) hendak membantu Belanda memulihkan kekuasaan di
wilayah bekas jajahannya. Dari pihak intelijen Belanda, ia menerima
laporan bahwa bangsa Indonesia akan menerima kembali kekuasaaan
Belanda. Namun, komandan SEAC tersebut berubah pikiran, setelah ia
menerima laporan-laporan pada bulan September dari intelijen Inggris,
bahwa arus nasionalisme adalah suatu kenyataan dan menentangnya
akan mempersulit tugas utama dari SEAC. Keterangan ini diterimanya
sebagai kekuatan politik yang tidak bisa diabaikan, bila SEAC akan
melakukan tugasnya tanpa pertumpahan darah.
Tugas Letnan Gubernur Jenderal Van Mook dengan sendirinya
tidak mudah, hal ini tidak terlepas pula adanya ucapan panglima
Tertinggi tentara Sekutu di Indonesia Sir Philip Christison yang tiba di
jakarta pada 29 September 1945. Sir Philip Christison menyatakan
menyatakan bahwa “pembesar-pembesar Indonesia yang sekarang ini
tetap bertanggung jawab atas pemerintahan di daerah-daerah di bawah
kekuasaan Republik. Hal ini merupakan suatu pengakuan de facto
Pimpinan Tertinggi Sekutu kepada Pemerintah RI. Di samping itu,
kebebasan Van Mook juga dibatasi oleh peintah khusus dari Pemerintah
Belanda yang menyatakan “jangan berunding dengan para pemimpin
Republik, seperti Sukarno, Mohamad Hatta yang dianggap telah bekerja
sama atau sebagai kolaborator pemerintah pendudukan Jepang,
melainkan hanya berunding dengan orang-orang yang dinilainya
sebagai non kolaborator pemerintah pendududkan militer Jepang.
Namun, sulit dibayangkan Republik tanpa Soekarno dan Hatta,
pertemuan pun dilakukan dengan tidak mengindahkan instruksi
kepadanya. Meski jalan yang ditempuhnya ini menimbulkan
kegoncangan besar di negeri Belanda, terutama di Parlemen yang
mengancam pemecatan Van Mook, namun berhasil dicegah Ratu
Wilhelmina. Selanjutnya, melalui perantaraan Letnan Jenderal Christison,
Letnan Gubernur Jenderal H.J. Van Mook bersama Van der Plas
dipertemukan dengan pihak Indonesia yang diwakili Soekarno,
Mohammad Hatta, Soebardjo dan H.A. Salim pada pukul 20.00 (malam
126