Page 137 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 137

Sementara  itu,  Menteri  Jajahan  Logemann,  berpendapat  bahwa
                kebijaksanaan  Belanda  di  Indonesia  setelah  perang,  harus  ditujukan
                kepada pengakuan nasionalisme Indonesia yang ia sadari bahwa hal ini
                adalah  suatu  fakta.  Menurutnya  politik  terbaik  adalah  membimbing
                nasionalisme  dan  mengarahkannya  pada  suatu  hasil  yang  sebaik-
                baiknya.
                          Perbedaan-perbedaan  mendasar  dalam  pendirian  Logemann
                dan  Van  Starkenberg,  mengakibatkan  Van  Starkenberg  menulis  surat
                pada  Menteri  Jajahan  Logemann  pad  11  Oktober  1945,  yang
                memberitahukan niatnya untuk mengajukan permohonan berhenti pada
                Ratu.  Menurutnya,  suatu  kerjasama  yang  berhasil  berdasarkan
                perbedaan-perbedaan  ini,  merupakan  hal  yang  tidak  mungkin.  Hal  ini
                mengakibatkan,  Pemerintah  Belanda  mengangkat  Dr.  H.J.  Van  Mook
                memimpim pemerintahan umum dengan jabatan wali negara di Hindia
                Belanda. Pada masa pendudukan pemerintah militer Jepang, Van Mook
                atas perintah wali negara mengungsi ke Australia dan bertugas kepada
                pemerintah  pelarian  Belanda  di  dalam  beberapa  jabatan.  Sebagai
                seorang pejabat pangrehpraja yang bertahun-tahun tinggal di Indonesia
                dengan  pengalaman  yang  dikumpulkannya  selama  itu,  Van  Mook
                adalah  orang  yang  dapat  menilai  persoalan-persoalan  pasca  perang  di
                Indonesia menurut jasanya masing-masing dan mencari pemecahannya.
                Selain itu, Van Mook termasuk kelompok yang berpikiran progresif yang
                menganggap  bangsa  Indonesia  sudah  dewasa  untuk  ikut  bicara  dalam
                politik  negara  dan  rakyat  dikemudian  hari.  Van  Mook  adalah  pilihan
                tepat  saat  itu  dari  pihak  Belanda  untuk  mengadakan  pembicaraan-
                pembicaraan  yang  tak  dapat  dielakkan  lagi  dengan  wakil-wakil
                Republik. 19
                        Saat tiba di Indonesia, Van Mook berurusan terutama dengan
                pimpinan  tertinggi  Sekutu  yang  berada  dalam  daerah  kekuasaan,
                meliputi  Asia  Tenggara  dengan  markas  besar  di  Singapura,  di  bawah
                pimpinan  laksamana  Moutbatten.  Inggris  bertanggung  jawab  atas
                penyerahan  dan  pelucutan  senjata  tentara  pendudukan  Jepang  serta
                atas  pembebasan  dan  pemulangan  kaum  tawanan  Eropa.  Pada  10
                Oktober  1945  Mountbatten  mengundang  Van  Mook  dan  Iddenburg
                yang  bertindak  sebagai  penasihatnya  ke  Singapura  untuk  menjelaskan
                pada  keduanya  bahwa  Belanda  harus  berunding  dengan  RI.
                Mountbatten  khawatir  bahwa  tanpa  persetujuan  RI  pembebasan  para
                tawanan  Sekutu  di  pedalaman  akan  menjadi  sulit  dan  bahkan  bisa
                menimbulkan  korban.  Padahal  keadaan  para  tawanan  tersebut  sudah



                                                                                 125
   132   133   134   135   136   137   138   139   140   141   142