Page 175 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 175

Pada  tanggal  27  Desember  1949,  pukul  10.17  (Pagi  hari)  di
                Istana  kerajaan  “Het  Paleis  op  de  Dam”,  Amsterdam,  pembubuhan
                tanda  tangan  dilakukan  oleh  Ratu  Juliana  di  bawah  Akta  Penyerahan
                dan  Pengakuan  Kedaulatan  RIS  .  Selanjutnya,  Ratu  menyampaikan
                pidato singkatnya, bahwa “ia mengenangkan arti penting ini bagi kedua
                bangsa.  Bagi  Indonesia,  hari  tersebut  tentu  membawa  kegembiraan
                yang tak terpermanai, karena kini cita-cita kemerdekaan Indonesia telah
                terwujud.  Ratu  menegaskan  dengan  setandas-tandasnya  bahwa  di
                negeri  Belanda  setiap  orang  telah  setuju  dengan  asas  penyerahan
                kedaulatan. Mengapa hal tersebut tidak dapat terjadi sebelumnya dan
                tidak  dapat  dilangsungkan  kemudian,  tiap  orang  untuk  membantu
                dengan jujur tata  praja yang  baru ini. Negeri Belanda akan selalu siap
                sedia  untuk  membantu  Indonesia,  bila  diminta.  Dan  bantuan  itu  akan
                diberikan karena ikatan yang telah berurat  berakar”. 51

                          Pasca upacara penyerahan kedaulatan, Ratu Juliana mengirim
                telegram  pula  kepada  Presiden  RIS  Sukarno  yang  berbunyi,  sebagai
                berikut:
                    “Pada  hari  yang  mengharukan  ini,  ketika  Indonesia  telah
                memperoleh  kemerdekaannya,  saya  menyampaikan  kepada  Tuan
                Presiden, ucapan selamat saya yang tulus ikhlas demi kebahagiaan dan
                kesejahteraan negeri dan bangsa Tuan. Semoga Uni, yang kini mengikat
                kedua negeri kita, membawa berkat bagi Negeri belanda dan Indonesia,
                Juliana”. 52

                           Sedangkan,  di  Koningsplein,  Jakarta,  delegasi  Indonesia  di
                bawah  pimpinan  Sri  Sultan  Hamengkubuwono  IX  dengan  anggota-
                anggotanya,  yakni  Anak  Agung  Gde  Agung,  Mr.  Kosasih  dan  Mr.
                Mohamad Roem menerima penyerahan pemerintahan dari Wali Tinggi
                Mahkota  H.V.K.  Lovink  tepat  pukul  17.00  (Sore  hari)  sesuai  dengan
                pukul  10.00  pagi  di  negeri  Belanda.  Dalam  acara  tersebut  dihadiri
                anggota-anggota Federal sementara, para pembesar pemerintah Hindia
                Belanda,  para  tamu  dari  luar  negeri,  seperti  anggota-anggota    Komisi
                PBB untuk Indonesia, Pote Sarasin dari Muangthai, Meneteri Kesehatan
                (seorang wanita) dari India, para senator dari Filipina dan para utusan
                dari Birma, yang menjadikan upacara itu semakin semarak. Upacara pun
                dilangsungkan di halaman Istana Merdeka yang disaksikan ribuan rakyat
                yang  berdiri  di  depan  Istana  tersebut.  Dengan  diiringi  nada-nada  lagu
                kebangsaan Belanda Wilhemus, Bendera Merah Putih Biru diturunkan,
                sedang setelah itu dengan iringan lagu kebangsaan  Indonesia
                „Indonesia Raya‟, Sang Merah Putih dinaikkan.
                           Di samping itu dibentuk juga suatu delegasi untuk menerima
                penyerahan kedaulatan dari RI di bawah pimpinan Menteri Penerangan



                                                                                 163
   170   171   172   173   174   175   176   177   178   179   180