Page 220 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 220

Pengayaan Materi Sejarah


                        Pemberontakan  DI  di  Sulawesi  Selatan  ini  masih  berlangsung
                ketika  Indonesia  memasuki  masa  Demokrasi  Terpimpin.  Operasi
                dianggap  berakhir  pada  bulan  Februari  1965  setelah  Kahar  Muzakar
                tewas tertembak. (Sujono, 2008: 367).

                (4)  DI/TII di Kalimantan Selatan
                        Pemberontakan di Kalimantan Selatan di bawah pimpinan Ibnu
                Hajar  dimulai  pada  awal  tahun  1950.  Ketika  ia  membelot  pada  awal
                tahun 1950 pengikutnya sekitar 60 orang. Serangan pertama terhadap
                pasukan republik dilancarkan pada pertengahan tahun 1950. Waktu itu
                kekuatannya bertambah menjadi sekitar 200 orang (Dijk, 1987: 229).
                        Ibnu  Hajar  nama  aslinya  Haderi.  Ia  lahir  di  Kandangan    bulan
                April  1920.  Ia  menggunakan  nama  Ibnu  Hajar  ketika  turut  berjuang
                melawan  Belanda.  Ia  menjadi  perwira  ALRI  Divisi  IV  dengan  pangkat
                Letnan  Dua  memimpin  satuan-satuan  gerilya  di  sekitar  tempat
                kelahirannya (Dijk, 1987: 228-229).
                        Setelah  membelot,  Ibnu  Hajar  membentuk  organisasi  gerilya
                baru  yang  dipimpinnya  bernama  Kesatuan  Rakyat  Indonesia  yang
                Tertindas  (KRIyT).  Mereka  kecewa  terhadap  cara  mereka  diperlakukan
                sesudah pengakuan kedaulatan. Daerah operasi pasukan Ibnu Hajar di
                bagian  tenggara  Kalimantan,  di  Provinsi  Kalimantan  Selatan  yang
                sekarang. Pusatnya di Kabupaten Hulusungai, di daerah antara Barabai
                dan  Kandangan.  Daerah  yang  sering  terganggu  oleh  aksi-aksi  pasukan
                Ibnu  Hajar  adalah  Kabupaten  Kota  Baru  dan  Kabupaten  Banjar  (Dijk,
                1987: 205).
                        Kartosuwiryo  menganggap  Ibnu  Hajar  dan  kesatuan  yang
                dipimpinnya  yaitu  Kesatuan  Rakyat  Indonesia  yang  Tertindas  (KRIyT)
                sebagai  sekutu  yang  potensial.  Kartosuwiryo  berusaha  keras  untuk
                memasukkan Kalimantan ke dalam wilayah  de facto Negara Islam dan
                membentuk  Komando  Teritorial  VI  Tentara  Islam  Indonesia  di
                Kalimantan.
                        Ibnu  Hajar  baru  membulatkan  pikirannya  untuk  masuk  Negara
                Islam  pada  akhir  tahun  1954.  Itu  dilakukan  setelah  Kartosuwiryo
                menawarkan  sebuah  kursi  dalam  pemerintahan  Negara  Islam
                kepadanya.  Ibnu  Hajar  tidak  diberi  portofolio  penuh,  tetapi  hanya
                sebagai  menteri  negara.  Ia  diangkat  pula  sebagai  Panglima  TII  untuk
                Kalimantan.
                        Ibnu  Hajar  kemudian  mengorganisasi  pasukannya.  Ia  mulai
                menamakan dirinya sebagai “Ulul Amri” atau “Wali al Amri”  artinya



                208
   215   216   217   218   219   220   221   222   223   224   225