Page 224 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 224

Pengayaan Materi Sejarah


                Keesokan  harinya,  Bambang  Supeno  menulis  surat  kepada  Perdana
                Menteri, Menteri Pertahanan, dan Parlemen. Dalam surat itu dikatakan
                bahwa  ia  telah  kehilangan  kepercayaan  kepada  atasannya.  Parlemen
                mengadakan  sidang  yang  membahas  mosi  yang  menuntut  agar
                diadakan  perbaikan  dalam  pimpinan  dan  organisasi  Kementerian
                Pertahanan dan Angkatan Perang.
                        Pada  tanggal  18  Juli  1952  KSAP  menulis  surat  kepada
                pemerintah, agar peristiwa tersebut diselesaikan sesuai prosedur militer.
                Oleh  karena  tindakan  Kolonel  Bambang  Supeno  dianggap  melanggar
                disiplin,  Menteri  Pertahanan  membebastugaskannya.  Akan  tetapi,
                pembebastugasan Bambang Supeno ditolak Presiden.
                        Kemudian, atas inisiatif Kolonel Jatikusumo dengan seizin KSAP
                pada  tanggal  10  Oktober  1952  diselenggarakan  rapat  kolegial  yang
                dihadiri oleh para panglima dan para perwira menengah yang berada di
                Jakarta.  Rapat  membahas  apakah  perdebatan  dalam  DPR  mengenai
                kebijakan  Kementerian  Pertahananan  membahayakan  keutuhan
                Angkatan  Perang  dan  negara  apa  tidak.  Tanggal  11  Oktober  1952
                diadakan  rapat  khusus  lanjutan  antara  KSAD  dan  para  panglima
                membicarakan  mosi  DPR.  Rapat  memutuskan  bahwa  mereka  akan
                solider  menghadapi  perkembangan  selanjutnya.  Tanggal  15  Oktober
                1952 para panglima diundang rapat lagi ke Staf Umum Angkatan Darat
                karena DPR akan menyatakan putusannya pada tanggal 16 Oktober.
                        Kalangan  militer  menganggap  sikap  DPR  itu  tidak  wajar  dan
                dirasakan  sebagai  intervensi  dalam  soal  intern  TNI  AD.  Untuk
                menghadapi perkembangan DPR, pimpinan AD berdasarkan konsensus
                dengan  para  panglima  Teritorium  tanggal  16  dan  17  Oktober  1952,
                mengeluarkan  pernyataan.  Butir  ke  lima  dari  tujuh  butir  putusan  itu
                mengemukakan kekhawatiran akan terjadinya instabilitas. Oleh karena
                itu,  pimpinan  Angkatan  Perang  mendesak  Kepala  Negara  untuk
                membubarkan  DPR  dan  membentuk  DPR  baru.  Pernyataan  itu
                ditandatangani  oleh  KSAD,  para  Panglima  Teritorium,  para  Asisten
                KSAD, para Inspektur Kesenjataan/Jawatan sebanyak 16 orang perwira
                menengah.  Surat  pernyataan  tersebut  disampaikan  kepada  Presiden
                oleh Letkol Sutoko. Presiden menolak desakan itu dan akan menyelidiki
                lebih  dahulu  keinginan  rakyat  di  luar  Jakarta  dan  akan  mendesak
                pemerintah agar mempercepat pemilihan umum.
                        Pada  tanggal  17  Oktober  1952  terjadi  demonstrasi  menuntut
                dibubarkannya  DPR.  Para  demonstran  memasuki  gedung  DPR  di  Jl.
                Lapangan Banteng Timur, merusak beberapa peralatan yang ada dalam



                212
   219   220   221   222   223   224   225   226   227   228   229