Page 227 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 227

oleh lima perdana menteri negara-negara Asia  yaitu PM  Burma U Nu,
                PM  India  Jawaharlal  Nehru,  PM  Indonesia  Ali  Sastroamijoyo,  PM
                Pakistan  Mohamad  Ali,  dan  tuan  rumah  PM  Sri  Langka  Sir  John
                Kotelawala.  Konferensi  yang  diprakarsai  oleh  PM  Sri  Langka  itu
                diselenggarakan  karena  dorongan  rasa  kekhawatiran  dan  keprihatinan
                mengenai  situasi  peperangan  di  Indocina,  agresi  komunis  di  Asia  yang
                makin meningkat, dan senjata nuklir di dunia yang makin berkembang
                (Abdulgani, MCMLXXX: 11).
                        Acara  konferensi  yang  pertama  adalah  mendengarkan  pidato
                pembukaan  oleh  ketua  konferensi  dan  pidato  para  perdana  menteri.
                Tema  pidato  pembukaan  hampir  sama.  PM  Sri  Langka  dan  PM  India
                menyinggung  soal  perang  dingin  yang  makin        hangat    dan
                mengakibatkan  ketegangan  di  Asia.  Dalam  pidatonya,  Nehru
                mengatakan  bahwa  masalah  Indocina  penting  sekali  bagi  negara-
                negara Asia, karena itu ia mengusulkan agar masalah tersebut menjadi
                acara pembicaraan konferensi.
                        PM  Ali  Sastroamijoyo  menyambut  dengan  mengemukakan
                bahwa Konferensi Colombo tepat diadakan ketika seluruh Asia sedang
                menghadapi situasi yang penuh dengan bahaya. Ia mengatakan bahwa
                munculnya  kembali  politik  kekuasaan  internasional  membawa  bahaya
                akan timbulnya kolonialisme, baik dalam bentuk lama maupun baru. Ia
                mengusulkan agar diselenggarakan suatu konferensi yang lebih luas dari
                Konferensi Colombo. Menurutnya, persoalan dunia tidak hanya dihadapi
                oleh bangsa-bangsa Asia, melainkan juga dihadapi oleh bangsa-bangsa
                Afrika (Sastroamidjojo, 1974: 463).
                        PM  Sri  Langka  mengatakan  bahwa  konferensi  tidak  bersifat
                resmi, melainkan informal. Maksud tersebut disetujui, oleh karena itu,
                pada  akhir  konferensi  ketua  cukup  hanya  mengeluarkan  komunike
                tentang  hasil-hasil  konferensi.  Namun  demikian,  ketua  mengusulkan
                agar  konferensi  tersebut  membicarakan  masalah  Indocina  yang  dinilai
                mendesak. Usul ketua disetujui oleh sidang.
                        Dalam  sidang  kedua  dibicarakan  masalah  Indocina.  PM  India
                mengatakan  bahwa  persengketaan  di  Indocina  sudah  berlangsung
                beberapa tahun. Persengketaan tersebut nenjadi masalah yang penting
                dalam  urusan  politik  dunia.  Negara-negara  Asia  ingin  agar  keadaan  di
                Indocina  tidak  bertambah  buruk,  sehingga  bisa  menimbulkan
                pertempuran  yang  lebih  besar.  Sehubungan  dengan  hal  itu,  ia
                mengusulkan  agar  Konferensi  Jenewa  yang  tengah  berlangsung
                membahas persoalan gencatan senjata. Ia mengusulkan agar Prancis



                                                                                 215
   222   223   224   225   226   227   228   229   230   231   232