Page 232 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 232
Pengayaan Materi Sejarah
B.F.H.B. Tyabji dari India, Duta Besar Choudri Khaliquzzaman dari
Pakistan, Minister Councelor M. Saravanamuttu dari Sri Lanka, dan
Kuasa Usaha Mya Sein dari Burma (Myanmar). Di Bandung dibentuk
Panitia Lokal diketuai oleh Gubernur Jawa Barat Sanusi Harjadinata.
Gedung-gedung yang akan digunakan sebagai tempat sidang
dengan cepat di up grade yaitu Gedung Merdeka dan Gedung Dana
Pensiun yang diberi nama baru menjadi Gedung Dwi Warna. Hotel-hotel
seperti Hotel Homann, Hotel Preanger, Hotel Astoria, Hotel Orient, dan
bungalow-bungalow di sepanjang Jalan Lembang dan Jalan
Ciumbuleuit dipersiapkan untuk para ketua delegasi. Masjid di alun-alun
diperbaiki, demikian pula lapangan terbang, stasiun kereta api, jalan
besar dari Jakarta ke Bandung, dan jalan-jalan tertentu di kota Bandung.
Jaringan telepon dan telegram ditingkatkan kualitasnya dan kendaraan-
kendaraan untuk para delegasi disediakan. Disiapkan pula para
penerjemah untuk mengalihbahasakan pidato-pidato dan pembicaraan
terutama dari bahasa Inggris ke bahasa Prancis dan sebaliknya yang
harus disediakan dari luar negeri. Adapun penjagaan keamanan
diperhatikan secara khusus.
Sebelum koferensi dibuka secara resmi, pada hari Minggu
tanggal 17 April 1955 pukul 10.00 pagi diselenggarakan “Pertemuan
Pendahuluan” oleh para Ketua delegasi dan/atau anggota staf dari 22
negara peserta bertempat di salah satu ruang Sekretariat di Gedung
Merdeka. Waktu itu tujuh delegasi belum datang. Sore harinya diadakan
jamuan minum teh oleh PM Ali Sastroamijoyo untuk semua anggota
delegasi bertempat di bungalow di Ciumbuleuit.
Sesuai dengan rencana, konferensi selain dihadiri oleh delegasi
dari lima negara sponsor, yaitu Burma, India, Indonesia, Pakistan, dan
Sri Lanka, juga dihadiri oleh 24 negara peserta. Dua puluh empat
negara tersebut adalah Afghanistan, Ethiopia, Gold Coast (Pantai Emas),
Iran, Irak, Jepang, Yordania, Kamboja, Laos, Libanon, Liberia Utara,
Vietnam Selatan, dan Yaman. Sebagai peninjau dari luar negeri antara
lain Uskup Besar Makarios dari Siprus, Mufti Besar Amin El Husaini dari
Yerusalem, Palestina, dan pejuang-pejuang kemerdekaan dari Tunisia,
Maroko, dan Aljazair (Abdulgani, MCMLXXX: 64-65).
Pada hari Senin tanggal 18 April 1955, sekitar pukul 09.00
konferensi dibuka oleh Presiden Sukarno yang bertindak sebagai
keynote speaker. Dalam pidato pembukaannya, Presiden Sukarno
menandaskan bahwa meskipun negara-negara peserta konferensi
berbeda-beda dalam hal politik, struktur sosial, dan kebudayaan, namun
220