Page 233 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 233
mereka satu dalam hal pahit getirnya kolonialisme, sehingga bersatu
pula dalam menghadapinya. Dikatakan bahwa kolonialisme belum mati,
dalam bentuknya yang baru masih hidup dan kuat untuk menguasai
bekas jajahannya, baik di bidang ekonomi, kebudayaan, maupun politik.
Oleh karena itu presiden mengajak agar bangsa-bangsa Asia-Afrika
dalam konferensi tersebut membentuk satu front anti kolonialisme
dengan membangun dan memupuk solidaritas Asia-Afrika. Presiden
Sukarno selanjutnya menekankan bahwa sudah waktunya bangsa-
bangsa di Asia dan Afrika memperdengarkan suaranya dalam
gelanggang politik dunia. Mereka bergabung tidak untuk mendirikan
suatu blok baru penentang blok-blok yang sudah ada, melainlan untuk
menyumbangkan pikiran dan daya upaya guna menemukan jalan keluar
bagi dunia yang tengah berada dalam ketakutan karena kecurigaan dan
ketegangan dari Perang Dingin. Singkatnya konferensi ini bertujuan
untuk mencari jalan kearah perdamaian tidak hanya untuk bangsa-
bangsa Asia-Afrika, melainkan juga untuk seluruh umat manusia.
Perdamaian dunia dan kerja sama di antara bangsa-bangsa di dunia
adalah syarat mutlak bagi pembangunan negara-negara berkembang
untuk mencapai keadilan dan kemakmuran (Sastroamidjojo, 1974: 489).
Pidato yang berlangsung sekitar satu jam itu didengarkan oleh
para hadirin dengan tenang dan penuh perhatian. Setelah Presiden
Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta meninggalkan tempat
upacara, pukul 10.45 rapat dibuka kembali. PM Ali Sastroamijoyo
dengan suara bulat terpilih sebagai Ketua Umum (Presiden) konferensi.
Ketua Umum konferensi dalam pidatonya menyampaikan garis
besar soal-soal yang dijadikan acara konferensi. Garis besar acara tidak
boleh lain dari yang telah ditetapkan oleh konferensi lima perdana
menteri di Bogor. Ia mengemukakan bahwa di antara empat maksud
konferensi sebagaimana ditentukan oleh Konferensi Bogor yang paling
penting adalah meninjau kedudukan Asia dan Afrika dan bangsa-
bangsanya di dunia. Selain itu sumbangan yang bisa diberikan
konferensi untuk memajukan kerjasama dan perdamaian di dunia.
Gagasan KAA lahir karena sudah tiba waktunya bagi bangsa-bangsa
Asia dan Afrika yang merdeka untuk maju ke depan dan turut serta
dengan bangsa-bangsa di dunia dalam upaya menentukan nasib umat
manusia. Alasan terpenting menyelenggarakan KAA adalah adanya
ketegangan di dunia pada waktu itu yang disebabkan karena Perang
Dingin antara dua negara raksasa yang saling berhadapan, yaitu Blok
Barat dan Blok Timur (Amidjojo, 1974: 490-491).
221