Page 223 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 223

Pada  tanggal  2  November  1961  Kolonel  Muhammad  Yasin
                (Pengganti  Panglima  KDMA  Letnan  Kolonel  Sjamaun  Gaharu)
                mengunjungi Daud Beureueh dan berbicara dari hati ke hati dengannya
                selama dua setengah jam. Ia menerima persyaratan Daud Bereueh. Pada
                tanggal  2  April  1962  dengan  dukungan    penuh    dari    DPRD    dan
                beberapa jenderal di Jakarta, Yasin menyatakan berlakunya syari’at Islam
                di Aceh.
                        Sebulan  kemudian,  sebuah  konvoi  mobil  dan  bus  membawa
                para  pemimpin  masyarakat  dan  pejabat  pemerintah  untuk  menemui
                Daud  Beureueh  di  Aceh  Timur  dan  membawanya  ke  Kutaraja.  Pada
                tanggal  8  Mei  1962  setelah  sholat  di  Mesjid  Raya  Kutaraja  dengan
                singkat  Daud  Beureueh  antara  lain  mengatakan:  “Atas  permintaan
                rakyat,  saya  kembali  kepada  rakyat…  Ini  berarti  juga  bahwa  tidak  ada
                lagi  permusuhan  di  antara  sesama  kita,  sesama  bangsa,  yang  telah
                berlangsung  selama  delapan  tahun,  sepuluh  bulan  dan  27    hari”.
                Dengan demikian “penyelesaian spiritual” telah tercapai. Daud Beureueh
                kembali ke kampungnya setelah menolak tinggal di sebuah rumah yang
                disediakan oleh Jasin di Kutaraja (Sjamsuddin, 1990:  333).

                3.4.5.  Peristiwa 17 Oktober 1952
                        Setelah  pengakuan  kedaulatan,  Kepala  Staf  Angkatan  Perang
                (KSAP)  dan  Kepala  Staf  Angkatan  Darat  (KSAD)  berusaha  memajukan
                TNI.  TNI  yang  terdiri  dari  pejuang-pejuang  yang  bermodal  semangat
                akan  ditingkatkan  menjadi  Angkatan  Perang  yang  lebih  tinggi  mutu
                teknis  militernya  dan  diikat  oleh  disiplin  yang  melembaga.  Jika  usaha
                tersebut berhasil, Angkatan Perang akan menjadi kekuatan sosial politik
                yang  kompak  dan  dapat  mengimbangi  kekuasaan  partai-partai  politik
                dan golongan politik pada  umumnya.
                        Partai-partai  politik  menganggap  usaha  tersebut  sebagai
                ancaman  terhadap  mereka.  Oleh  karena  itu,  mereka  berusaha
                mencegahnya  dengan  cara  mempengaruhi  pion-pion  politik  dalam
                Angkatan  Perang.  Langkah-langkah  mereka  mulai  diambil  melalui
                seorang  perwira  senior.  Kolonel  Bambang  Supeno  mendatangi
                panglima-panglima     daerah    dan    mengajak     mereka     untuk
                menandatangani  pernyataan agar Presiden menggantikan Kolonel  A.H.
                Nasution  sebagai  KSAD.  Tanggal  12  Juli  1952  diadakan  pertemuan
                perwira-perwira  pimpinan  Angkatan  Darat  dari  pusat  dan  daerah.
                Kebanyakan di antara mereka tidak menyetujui cara yang ditempuh oleh
                Bambang Supeno karena merusak solidaritas intern Angkatan Perang.



                                                                                 211
   218   219   220   221   222   223   224   225   226   227   228