Page 259 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 259

adalah manifestasi sikap Soekarno yang anti partai.Angkatan
                          Bersenjata  merupakan  kekuatan  yang  riil,  sebagai  bumper
                          apabila ada partai yang menentangnya.
                                Pada  1962  Soekarno  melakukan  samenbundeling
                          Angkatan Perang dengan Kepolisian Negara dan mengangkat
                          dirinya  sebagai  generalisimo  serta  memperpanjang  Undang-
                          Undang  Keadaan  Darurat  Perang,  merupakan  ancaman  bagi
                          PKI.Tidak  berbeda  dengan  yang  dilakukan  oleh  Nasution
                          ketika menjadi Penguasa Perang Pusat (Peperpu) 1957.

                                PKI menilai bahwa pimpinan partai-partai politik adalah
                          orang-orang    yang   lemah.Orang     yang   hanya    ingin
                          memperoleh  limpahan  kewibawaan  Soekarno.Golongan
                          fungsional  dimainkan  oleh  Soekarno  dengan  memberikan
                          keabsahan  militer  dan  kelompok  non  partai  yang  pada
                          pemilihan  umum  1955  menjadi  milik  PKI,  direbut  oleh
                          Soekarno.  Soekarno  secara  tidak  langsung  membenarkan
                          peristiwa  Razzia  Agustus  1951  dan  “pembungkaman
                          demokrasi” pada 17 Oktober 1952 yang “menghabisi” orang-
                          orang  PKI.  Golongan  fungsional  di  mata  PKI    adalah  alat
                          Soekarno  untuk  “memereteli”  organisasi-organisasi  massa
                          onderbouwpartai  politik,  seperti  organisasi  petani,  buruh,
                          pemuda,  seniman  dan  memecah  belah  partai-partai  politik.
                          Pembatasan  jumlah  partai  politik  berdasarkan  Penpres
                          No.7/1959,  PKI  tidak  mendukung.Pemaksaan  ideologi
                          Pancasila  sebagai  azas  partai-partai  politik  dan  landasan
                          Revolusi  merupakan  “peristiwa  yang  menyedihkan”  bagi
                          revolusi  dan  demokrasi.Sikap  Soekarno  terhadap  PKI  tidak
                          pernah    jelas.Sekalipun   secara   demagogis    Soekarno
                          membanggakan PKI sebagai kekuatan progresif revolusioner,
                          tidak  pernah  secara  tegas  ada  wakil  PKI  diangkat  sebagai
                          pejabat tinggi eksekutif kecuali jabatan ex-officio pada masa
                          Kabinet  Kerja.Berbeda  sikapnya  terhadap  kelompok  kiri
                          lainnya,  seperti  terhadap  Partai  Murba.Tokoh-tokoh  seperti
                          Chairul Saleh, Adam Malik, Muhammad Yamin, secara tegas
                          diberi   jabatan   eksekutif.Mengapa   Soekarno    berbuat
                          demikian,  PKI  tidak  mampu  memberikan  jawaban,  namun
                          kecemburuan ini meningkat menjadi tuntutan yang riil.





                                                                                 247
   254   255   256   257   258   259   260   261   262   263   264