Page 495 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 495
tahun (1967-1998), Indonesia sesungguhnya memasuki sistem
teknokratisme.
Dalam konteks di atas, penting dipahami adanya semacam
pembagian tugas antara para teknokrat dan ABRI (Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia, kini bernama Tentara Nasional Indonesia). ABRI
bertugas mempertahankan stabilitas, sementara para teknokrat bekerja
untuk memperbaiki ekonomi Indonesia. Jenderal Soeharto dan ABRI
sejatinya adalah penguasa Orde Baru. Teknokrat adalah pembantu ABRI.
Oleh karena itu, perbaikan ekonomi yang dilakukan teknokrat senantiasa
harus sesuai dengan konsepsi ABRI tentang pembangunan bangsa.
Para teknokrat yang direktur ABRI adalah para ekonom dari
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Secara kebetulan mereka juga
para pengajar Seskoad (Sekolah Tinggi Staf dan Komando Angkatan
Darat) di Bandung dan melalui Lembaga Pendidikan Tinggi Militer ini
terjalin kerjasama diantara mereka. Sering pula interaksi mereka tidak
hanya terjadi di ruang-ruang kelas saja. Mereka juga sering berdiskusi
tentang kondisi ekonomi Indonesia hingga larut malam. Buruknya
kondisi transportasi pada saat itu (Tahun 1950-an dan awal 1960-an)
menyebabkan para ekonom harus menginap di Bandung hingga
sepekan lamanya.
Diskusi mereka yang mendalam dan terumuskannya rancangan
perbaikan ekonomi di atas, membuat ABRI menjadikan perbaikan
ekonomi sebagai program prioritas setelah mereka memegang tampuk
kekuasaan Negara pasca G 30 S/ PKI. Teknokrat-ekonom tersebut
adalah Widjojo Nitisastro, Ali Wardhana, Emil Salim, Soebroto, dan
Muhammad Sadli. Mereka diberi posisi sebagai Penasehat Ekonomi
Presiden Soeharto melalui Keppres No. 195 tanggal 15 Juni 1968.
Melalui Kepres yang sama, diangkat pula Soemitro Djojohadikusumo,
Radius Prawiro, dan Frans Seda. Pengangkatan ini berlangsung tiga
bulan setelah Jenderal Soeharto secara resmi menjabat Presiden.
Pengangkatan di atas dapat dilihat sebagai formalisasi aliansi
konkrit antara ekonom dan ABRI. Pada sisi lain, sesungguhnya terjadi
pula aliansi dalam bentuk yang lebih konsepsional melalui seminar di
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dengan judul ―Tren Baru
Ekonomi Indonesia‖, yang diselenggarakan pada tanggal 11 Januari
1967 dan dihadiri oleh Jenderal Soeharto sendiri. Seminar ini
menghasilkan konsepsi perbaikan ekonomi Indonesia yang lebih
483