Page 499 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 499

Selain industrialiasi melalui relokasi perusahaan multinasional di
                atas,  awal  tahun  1970-an  teknokrat  juga  merancang  program
                modernisasi pertanian—yang belakangan dikenal sebagai Revolusi Hijau.
                Program ini bertujuan mempertinggi produktivitas lahan dan kuantitas
                hasil  pertanian,  khususnya  padi.  Caranya  ialah  mengubah  pola-pola
                pertanian  tradisional  menjadi  pola-pola  pertanian  modern,  dengan
                melakukan  penerapan  teknologi  mekanik  (peralatan  atau  mesin-mesin
                pertanian),  penerapan  teknologi  kimia  (pupuk  kimia-buatan  dan  obat-
                obatan  kimia  pembasmi  hama),  dan  penerapan  bio-teknologi  (bibit
                unggul  padi  varietas  modern).  Selanjutnya,  modernisasi  pertanian  ini
                juga  ditopang oleh pengadaan dan perbaikan sarana irigasi teknis  dan
                penguatan  lembaga-lembaga  pertanian  modern  (lembaga  kredit,
                koperasi, dan sistem penyuluhan). 56

                        Hasil modernisasi pertanian ini ialah meningkatnya produktivitas
                lahan,  meluasnya  areal  panen,  produktivitas  lahan,  dan  melonjaknya
                produksi pangan (khususnya beras) secara nasional hingga hingga akhir
                1980-an.  Lonjakan  hasil  pertanian  ini  berhasil  membawa  Indonesia,
                yang  merupakan  negara  pengimport  beras  terbesar  di  dunia,  menjadi
                negara  yang  mampu  berswasembada  pangan  pada  tahun  1984.  Tentu
                saja ini adalah sejarah yang patut dibanggakan. Meski begitu, tekanan
                pada hasilnya secara agregat nasional ini, memiliki implikasi begitu rupa
                di tingkat lokal. Hal tersebut dikarenakan modernisasi pertanian tersebut
                memang  senafas  dengan  pertumbuhan          ekonomi—sebagaimana
                tekanan Trilogi Pembangunan Orde Baru. Tentang hal ini akan dibahas
                rinci di bagian F tulisan  ini.
                        Sementara  itu,  pada  aras  nasional,  sesungguhnya  swasembada
                beras  yang  berujung  pada  terkendalinya  harga  beras  oleh  pemerintah
                Orde Baru tersebut—sebagaiamana ditunjukkan Rahardjo—sebenarnya
                menyediakan subsidi secara tidak langsung bagi industri nasional. Harga
                beras yang murah dan terjangkau oleh daya beli golongan masyarakat
                terbawah  bawah,  membuat  para  buruh  tetap  dapat  memenuhi
                kebutuhan dasar pangan mereka. Sungguh pun upah kerja yang mereka
                terima telah murah pula. 57


                 2.  Teknokrat-Teknolog

                        Di awal dekade 1970-an, sistem ekonomi Indonesia dianugerahi
                boom  minyak.  Boom  minyak  merupakan  terminologi  metafor  untuk



                                                                                 487
   494   495   496   497   498   499   500   501   502   503   504