Page 497 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 497
seorang pengusaha keturunan Tionghoa yang juga dikenal sebagai
pengusana klien Presiden Soeharto. 52
Maka mulailah PT. Astra Honda Motor berperan sebagai industri
pengganti import. Untuk pertama kalinya, Pabrik Astra Honda berfungsi
sebagai pabrik rakitan. Sepeda motor tidak lagi diimport built-in. Sejak
saat itu, hanya mesin-mesin motor yang diimport. Seluruh body motor
dirakit dan sebagian bahannya diolah di dalam negari. Sebagai pabrik
rakitan pada tahap yang paling awal itu, Astra Honda Motor memiliki
tiga fungsi dampak berganda (multiplayer effect). (1) Pabrikan itu jelas
menyerap tenaga kerja: dari pekerja kasar, setengah terampil, pekerja
terampil (blue colour job), hingga pegawai kelas menengah (white
colour job). (2) Sebagai pabrik rakitan, tentu tidak semua bahan dasar
body motor dibuat oleh Astra. Astra sendiri tidak mampu menyediakan
semua bahan dasar tersebut. Di sini kemudian lahirlah sistem orderan,
atau putting out system. Astra misalnya memesan baut kepada pihak
lain. Sehingga kemudian lahirlah pabrikan rumah tangga pembuatan
baut di Kabupaten Tegal. Tentu sistem orderan ini akhirnya menyerap
tenaga kerja dan menggerakan sistem ekonomi desa-desa di Kabupaten
Tegal. 53
(3) Lokasi perusahaan dan pabrik Astra Honda juga mengalami
perubahan sosial akibat keberadaannya itu. Perlu diketahui tatkala
pabrik Honda dibangun di wilayah Sunter, areal itu adalah rawa-rawa.
Setelah pabrik itu berdiri, muncullah (a) pedagang sektor informal, yang
menyediakan kebutuhan pangan para pekerja Astra. Tentu saja pekerja
Astra banyak yang tidak sempat memasak makanan sendiri. Akibatnya
mereka mengandalkan asupan makanannya dengan cara membeli, baik
untuk makanan pokok (membeli nasi dan lauk-pauk) maupun makanan
tambahan (misalnya membeli jajanan baso dan mie ayam). Akhirnya di
sekitar pabrik, banyak pedagang kuliner yang berjualan di sana.
(b) Pekerja Astra juga perlu pondokan. Hal itu utamanya
dibutuhkan bagi pekerja bawah perusahaan tersebut, karena umumnya
mereka adalah migran dari desa-desa luar Jakarta. Maka, muncullah
sistem kontrakan rumah di sekitar pabrik yang dapat ditempuh dengan
jalan kaki. Akhirnya, sistem fisik sosial, komposisi penduduk, bahkan
sistem sosial ekonomi wilayah Sunter berubah sama sekali dengan tata
sosial di era sebelumnya.
485